Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Berhenti Curhat Dari Sekarang


[Artikel 52#, kategori motivasi] Kesalahan terbesar saya saat ini adalah bercerita hal-hal kehidupan yang dianggap pribadi kepada orang-orang (dekat). Satu sisi memang lega dan membuat rasa percaya orang lain kepada saya begitu besar, namun satu sisi lagi saya merasa dikhianati oleh perasaan saya sendiri.

Sebuah kiriman postingan dari teman di Facebook pada saat akun saya sedang kena hukuman, menarik untuk dibaca yang judulnya 'Saat Emosi, Bolehkah "Curhat ke Orang-Orang Terdekat"? Ternyata Selama Ini 90% Orang Salah Melakukannya!'

Di sana, postingan tersebut juga terinspirasi dari sebuah video yang bercerita dengan tokoh utamanya seorang biksu kecil. Menarik juga dan langsung jleb apa yang ditulis. Seperti menampar perasaan saya yang selama ini begitu percaya dan menderita.

Jangan curhat, baik ke keluarga maupun teman/sahabat

Sebaiknya dari sekarang, kita harus menanggung sendiri semua masalah yang mengaitkan emosi dan kesedihan. Lebih baik disalurkan dengan hal-hal positif seperti minum teh, berjalan-jalan, berolahraga, dan hal-hal yang kita sukai.

Dengan menyalurkannya ke kekuatan fisik, emosi kita dengan sendirinya akan berangsung-angsur pulih. Ya, saya tahu bahwa berolahraga memberikan kebahagiaan.

Sebaiknya dengan orang-orang dekat, kita ceritakan tentang kebahagiaan saja. Jika kita mencari mereka saat perasaan kita tidak baik, terkadang emosi kita malah akan mempengaruhi mereka atau bahkan bisa-bisa kita malah melampiaskannya pada mereka. 

Sedangkan mereka pada dasarnya tidak memiliki kewajiban untuk turut menanggung segala kekesalan, emosi, dan kesedihan yang kita rasakan.

Dan malah seperti bumerang jadinya. Saat kita menceritakan kisah yang sedih, rasanya kita percaya kepada mereka. Namun saat mereka tidak peduli dan pergi, perasaan kita seolah dikhianati. 

Inilah yang saya alami juga rasanya. Orang-orang menjadi dekat setelah saya bercerita, namun juga mereka tentu punya perasaan sendiri yang harus diselesaikan dan akhirnya meninggalkan. Mereka dikira tidak peduli, padahal mereka juga sedang kesulitan.

..

Postingan bagus ini sumbernya ada di sini. Saya dengan umur sekarang, rasanya kok baru tahu sekarang. Apakah kebijaksanaan dan sikap dewasa mempengerahui. 

Semoga orang-orang yang seperti saya dan masih muda, dapat mencurahkan kekesalan, emosi, dan kesedihan ke hal-hal positif yang menjadikan kehebatan mereka di masa depan.

Ingat, berhenti curhat dari sekarang kepada teman bila tidak ingin ditinggalkan. Beri kebahagiaan kepada mereka, sehingga kita merasa tidak dikhianati oleh perasaan. 

Sebenarnya saya sendiri memiliki media blog untuk menaruh emosi saya.

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun