Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Bagaimana Perasaan Orang yang Serba Salah ?


Marah, pengen banget. Tapi dampaknya, dikira jahat atau apalah. Ribet juga memikirkannya. Ini demi kebaikan atau demi apa? Orang yang punya perasaan ini apakah dia benar-benar menderita ketimbang orang yang dianggap serba salah tersebut?

Saya tak tahu harus bicara apa lagi dan ketika berhadapan dengan orang ini, saya malah berusaha hati-hati. Menyakiti perasaan orang nanti dosa, tersinggung atau malah dia lebih marah kemudian ketimbang saya.

Seharusnya, sebuah kekurangan atau kesalahan yang diingati tiap waktu dapat berubah jika ia manusia baik dan menghormati seseorang.

Tidak perlu diingatkan lagi untuk hal-hal kecil yang seharusnya tidak dilakukan. Botol minuman yang  kosong di dalam kulkas buat apa ditaruh di sana kembali bila kosong.

Pemikiran orang yang normal akan melakukan sesuatu di sana, seperti kembali mengisinya agar dapat diminum lagi atau setidaknya tidak dibiarkan kosong setelah ia habiskan.

Hal ini tidak sekali dua kali, dilakukan berulang kali. Dan ini bukan hanya ini saja. Hampir sebagian besar segala hal yang dilakukannya sama semua.

Orang yang berada disekitarnya, mau tak mau memberitahu. Jika itu orang baru kenal, wajar bila ia merasa orang melakukan kelalaian karena kebiasaan. 

Tapi tidak juga sebuah kebiasaan menjadi sesuatu yang baik. Apalagi dampaknya terjadi pada orang lain. Semisal ingin minum air dari dalam kulkas, tidak ada isinya karena kosong. Atau menjumpai dapur selalu berantakan.

Hey, saya juga manusia

Kekeliruan yang dilakukan berulang kali ini tidak wajar. Perasaan saya yang serba salah, dikira orang jahat dan sok benar, membuat saya begitu rendah dihadapan orang tersebut.

Saya juga manusia yang punya sifat marah dan jengkel ketika melihat kelakuan yang dilakukan berulang-ulang kali tetap sama. Itu salah. Mbok ya dipikir, saya begini bukan karena kamu tidak becus.

Saya begini karena peduli. Mana ada botol minuman yang sudah diminum dibiarkan kosong dan tetap ditaruh di dalam kulkas. Saya pas mau minum, kok jadi gak ada. 

...

Saya tahu bahwa marah, sok benar dan memperlakukan orang seolah sewena-wena itu nggak baik. Tapi kudu mengerti juga, bagaimana perasaan saya sebagai orang yang merasa serba salah.

Saya marah kalau apa yang kamu lakuin salah dan terus dilakukan berulang kali. Kamu itu bukan anak kecil yang perlu bimbingan atau murid yang harus dibantu oleh gurunya.

Apakah kamu mengerti!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh