Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Saya Menyukai Rasa Cokelat Ini


[Artikel 14#, kategori Amir] Sudah dua minggu, tempat cokelat ini berada di meja dengan isinya yang telah kosong. Saya pikir pemiliknya mengeluarkannya dan tidak membuangnya karena lupa. Saya belajar dari sini tentang sesuatu yang berharga.

Postingan ini bakal sulit dinalar oleh kamu yang berpikir tentang rasa cokelat. Itu hanya sebuah gambaran saja tentang apa yang saya taruh di sini. 

Tulisan ini tentang bagaimana seseorang bisa lupa tentang apa yang sudah dilakukannya. Bahkan untuk menyingkirkannya saja itu sangat sulit. Berbagai kode coba saya katakan untuk dia agar segera menyingkirkan tempat cokelat yang keberadaannya hampir 2 minggu. Benar-benar tak beranjak dari meja yang ditaruh.

Andai saya, tentu akan saya taruh di tempat sampah karena isinya tidak ada. Yang terjadi tidak demikian. Kesadaran pemiliknya sangat rendah atau ia sengaja menaruh di sana agar orang terakhir yang menghabiskan cokelatnya merasa bersalah?

Mungkin saja. Semisal benar, maka bicara saja. Atau ini tidak, kenapa tetap dibiarkan. Saya ragu apakah pemilik tersebut memikirkan perasaan orang lain.

Dari tempat cokelat ini saya belajar untuk bersabar dan menahan emosi. Menunggu momen yang tepat untuk tanggap dengan apa yang dilihat. Bila terlalu lama, maka singkirkanlah. Toh, pemilik tak peduli. Menjadi baik terkadang tak perlu bicara bahwa kita adalah orang baik. Bertindak saja.


...

Cokelat dari tempat ini berbeda dengan cokelat kebanyakan yang sejenis. Entah apa isinya yang kalau dimakan langsung, semacam ada biji-biji yang mengganjal di lidah. 

Saya belajar dari rasa cuek pemilik yang membiarkan tempat cokelat ini berada lama di meja tersebut. Apakah ia tak peduli atau lupa? Dalam kehidupan, memikirkan hal-hal kecil itu sangat penting juga.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh