Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Melarikan diri ?


[Artikel 13#, kategori Amir] Mengapa manusia melarikan diri? Saya coba tanya ke Google, hasilnya tidak ada yang sesuai apa yang saya inginkan. Segitu terjerembab kah? Perasaan yang dialami seseorang sampai - sampai mereka lupa makna memperbaiki diri sebagai manusia.

Entah kenapa dejavu kembali lagi menghantui perasaan saat ini. Saya bukan orang jahat, atau orang yang suka memainkan kekuasaan layaknya sebuah film di televisi. 

Saya hanya sedang tidak terima dengan keadaan di mana seseorang terlibat di dalamnya. Marah, benci dan pergi. Seperti titik nadir yang akhirnya meluap karena keseringan terbebani. Pecah, gemuruh dan lusuh.

Melihat ketidaknyamanan yang dirasa dan mengatakan berkali - kali bahwa itu salah, tidak membuat pikiran yang disampaikan dapat diterima. Keadaan terus berulang - ulang dilakukan. Yang ada, saya berubah menjadi Hitler seakan menjadi pemimpin yang ditakuti dan kejam.

Keadaan ini pernah saya alami pada momen tertentu. Saya menjadi biduk yang digeser sana sini mengikuti kemauan sang Raja. Kondisinya memang tidak nyaman. Bahkan tidur dengan kepala di atas bantal saja itu sudah mewah rasanya.

Melarikan diri mungkin jawabannya bagi mereka yang sudah tidak menemukan jawaban atas apa yang sudah dilakukan. Sebagian mungkin beranggapan bahwa itu dapat menyelesaikan masalah. Setidaknya, melepaskan beban karena merasa tersakiti.

Bagaimana dengan saya? Tidak pernah bermaksud menjadi jahat malah akhirnya membuat sakit hati orang yang mengaku paling berbakti.

Sedih, dan sepertinya saya mulai berhenti berbicara tentang apa yang namanya kata baik tersebut. Baik memang sangat berat sekali dijadikan bagian dalam kehidupan ini. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh