Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Ketika Bloger Disamakan dengan Netizen


[Artikel 89#, kategori bloger] Sungguh terlalu bila ada lagu bang Rhoma yang terdengar di telinga melintas begitu saja. Bloger meski bagian dari masyarakat pengguna internet yang disebut Netizen, tidak semua dapat disamaratakan. 

Bloger memiliki dunia yang berbeda karena sudah dibekali banyak pengetahuan seperti jurnalis, pemasaran, menulis, etika online dan masih banyak lagi. Mungkin harus dikoreksi dulu, pendapat Anda.

Tiba - tiba saja jadi jengkel dalam sebuah acara yang menyebut bloger itu bla .. bli..blu.. Seolah semua sama, namun reaksi keras saya ini hanya saya bagikan kepada rekan-rekan bloger yang lain yang juga hadir di acara. 

Menyindir orang tersebut yang merupakan jurnalis senior tak ada untungnya. Itu hak dia dan sebagai bloger yang juga sering menyampaikan pendapat lewat tulisan, saya hanya ingin memahami sudut pandang yang dilemparkan dalam sesi diskusi tersebut.

Itu segelintir oknum 

Saya pikir ketika ada orang-orang yang berulah sebaiknya menggunakan istilah oknum. Karena bila semua dianggap sama, maka itu tidak baik. Menyebut istilah bloger, meski dalam ruang lingkup sebuah acara, tetap saja menyinggung semua bloger yang berada di luar acara juga.

Bukan di negara kita, negara luar juga. Banyak bloger yang saya kenal berjuang dengan kerja keras. Mereka mendedikasikan sesuatu yang akhirnya menjadi sebuah passion. Bloger juga sering berkorban untuk usahanya agar dianggap lebih baik.

Gambar : Ilustrasi
....

Saya tidak tahu seberapa berpengaruhnya istilah bloger dengan beliau. Namun saya harap, tidak semua dipukul rata bahwa bloger melakukan hal sama.

Orang yang menyebut diri sebagai bloger sekarang itu sangat mudah. Namun tidak semua bloger dapat dikatakan bloger hanya memiliki sebuah blog.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun