Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

[Futsal] Ketika Kamu Punya Tipe Pemain Monster


[Artikel 5#, kategori olahraga] Saya mengerti bahwa saya termasuk pemain futsal yang kelasnya masih di bawah pemain profesional. Meski begitu, untuk pemain normal, skill saya lebih baik dari kebanyakan. Jumat lalu, saya melihat pemain yang skill nya di atas rata - rata ukuran pemain kami. Saya menyebutnya monster. 

Bila kamu punya pemain dengan skill yang kamu anggap monster (hebat), maka kamu harus memperlakukannya dengan sangat baik. Apalagi berada dalam satu tim.

Dalam permainan futsal yang saat ini saya ikuti, bukan sebuah pertandingan, saya bertemu dengan tipe monster. Teknik, tinggi badan, insting gol dan pergerakannya benar-benar membuat saya berdecak kagum.

Saat bersamanya dalam satu tim, kemenangan seolah menjadi jaminan. Tubuh bergerak mengikuti iramanya. Saat ia bahagia merayakan gol, kita pun ikut bahagia. Seolah terjangkit penyakit menular yang hinggap di tubuh.

Namun sebaliknya, ia menjadi lawan yang menakutkan. Saat saya berhasil menaklukkannya, itu sebenarnya menyenangkan. Tapi, itu membuatnya lebih semangat dan terus mengincar lawannya yang dianggap kompeten baginya.

Tekadnya membuat ia terus berusaha untuk menjatuhkan lawan yang berhasil menghadangnya. Saat saya sudah merasa lelah, ia berhasil memperdaya. Bukan sekali, tapi berkali-kali. Kepuasan yang terpancar diwajahnya sungguh sebuah ejekan buat saya.

Monster, sebaiknya kamu mampu mengendalikannya

Seperti film anime saja, yah. Tapi itu benar, semisal kamu memiliki tipe pemain di atas rata-rata dalam tim-mu. Lihat saja bagaimana Ronaldinho dan Lionel Messi mampu memberikan hal yang di luar batas kemampuan pemain biasa bagi timnya.

Tapi itu semua tentu membutuhkan pelatih yang hebat juga dan rekan-rekan yang mendukungnya. Tentang rekannya, saat ini kamu mungkin berpikiran apa yang terbaik bisa kamu lakukan.

Bila saya memiliki tipe pemain monster dalam tim, maka saya harus mampu mengendalikannya. Ini bukan berarti mengekangnya dan kepo semua kehidupannya. Bukan..bukan.

Maksud saya adalah mengendalikan di dalam tim, saat bermain maupun saat latih tanding. Banyak keuntungan yang kita dapatkan semisal mampu mengendalikan monster yang bermain dengan hasrat tersebut.

Seperti di awal tadi saya bilang, sebuah jaminan kemenangan sudah ada di tangan. Meski kalah pun tak masalah, karena kalah merupakan motivasi terbaik untuk berdiri lebih tinggi lagi.

Gambar : Ilustrasi
...

Saya sangat menyukai sepakbola dan sering terlibat dalam kompetisi, baik saat duduk di bangku Sekolah Dasar, SMP, SMA hingga kuliah.

Namun entah sejak kapan saya memutuskan tidak bermain sepakbola lagi, alias gantung sepatu. Kini saya hanya terus menyukai bola lewat futsal.

Keduanya sama saja sebenarnya. Ketika kamu mulai menyukai sepakbola maupun futsal, lihatlah siapa pemain yang bisa diberikan status sebagai monster. Kalau kamu mengetahuinya, cobalah berteman dengannya.

Karena dalam sepakbola, berteman bukan hanya pada bolanya saja yang kebanyakan kita dengar di film-film. Sesama rekan pun kita harus menjadi teman baiknya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh