Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Sebuah Tanda, Masa Depan yang Semakin Menderita

[Artikel 78#, kategori motivasi] Ini bukan cerita tentang Negeri tercinta. Melainkan tentang perjalanan saya yang diprediksi akan tidak baik-baik saja mulai sekarang. Terutama sektor ekonomi. Berat bener bahasanya. Bilang aja isi dompet. Sok-sokan.

Hehe.. biar keren aja saat dibaca. Sudah-sudah, saya mau serius sedikit. Ini menyangkut keberlangsungan hidup saya yang hanya modal di depan laptop. 

Pembayaran bulanan macet

Saya tidak menyangka hari itu akan tiba, di mana salah satu akses pemasukan akan terganggu. Meski tidak besar, tapi setidaknya cukup bisa beli paket internet 100 GB.

Saya pernah bercerita ke beberapa orang bagaimana saya dapat hidup menjadi bloger meski dengan penghasilan murni di bawah 15 ribu tiap bulan lewat adsense. 

Itu karena saya di Kota Semarang tinggal bersama kerabat. Keluarga yang membawa saya dari tahun 20007 hijrah dari Samarinda hingga sekarang tinggal di Kota Semarang.

Karena ditampung, tentu saya tidak hanya tinggal makan dan tidur. Beberapa aktivitas untuk keluarga ini adalah membantu membayar iuran tiap bulan mereka. Seperti air PDAM, iuran bulanan rumah, kebersihan dan lainnya.

Namun sesuatu terjadi di bulan Agustus. Tagihan bulanan yang biasanya dikirim sama pemilik rumah mendadak macet. Saya jadi khawatir sendiri. Hampir tiap hari setelah tanggal 10, saya mengecek rekening bank, apakah bertambah atau tetap angkanya.

Saya sudah mengabari pemilik rumah hingga 4 kali dengan rasa sungkan dan tidak enak. Dan benar, tagihan tersebut tidak kunjung datang juga. 

Untunglah, anak pemilik rumah si bungsu mau menalangi keuangan bulanan. Saya tidak berharap banyak di sini karena saya tahu jumlah yang akan dibayarin tidak akan dilebihkan seperti saat pemilik rumah mengirim.

Terpaksa ngambil lagi

Di sisi lain, pemasukan yang diterima tidak seberapa apabila diberi lebih, ketika macet maka akan berdampak pada keuangan lain. Saya masih ada tanggungan pay later.

Karena tagihannya masih berlangsung hingga tahun depan, dan kran kantong lainnya juga sedang macet, terpaksa saya ngambil lagi bulan Agustus ini.

Saya tidak menyangka tahun ini saya belum bisa keluar dari aktivitas pinjaman online yang sebenarnya saya sadari itu tidak baik.

Namun gimana lagi. Saya sudah berusaha meminjam ke rekan yang paling saya percayai dan pernah jadi bagian perjalanan dotsemarang. Semuanya mental alias tidak bisa. Padahal mereka sudah bekerja, tidak seperti saya yang hanya menulis blog.

Aneh apabila nasib mereka sama seperti saya sebenarnya. Yasudahlah, mungkin ini jalan terbaik saya kembali mengambil pinjaman lewat pay later. Gimana ke depannya, saya akan lebih berusaha lebih baik lagi.

Tanda-tanda

Tidak ada yang patut disalahkan dari situasi yang saya hadapin. Ini anggap saja roda kehidupan, kadang di atas dan kadang di bawah. Jika sudah waktunya, mau gimana lagi. Saya menerima dengan apa yang terjadi.

Dengan macetnya keuangan bulanan untuk pembayaran iuran wajib rumah, intuisi saya mengatakan bahwa ini adalah sebuah tanda. Isyarat ke depan yang membuat saya akan lebih menderita lagi.

Saya tidak bisa memprediksi masa depan, namun saya harap saya dapat melewatinya meski harus berlinang air mata. Hidup emang keras, apalagi hanya menggantungkan penghasilan dari jumlah pendapatan yang tidak seberapa sebagai pemilik blog.

Doakan saya saja agar baik-baik saja.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh