Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Halo, Agustus 2024

[Artikel 139#, kategori catatan] Saya tidak menyangka akibat perbuatannya, kehidupan sehari-hari saya berubah drastis. Saya kembali belajar tentang seni bertahan hidup dengan memanfaatkan kekurangan menjadi kekuatan. Selamat datang bulan Agustus, berikan saya kekuatanmu.

Perjalanan saya dengan umur yang baru sudah dimulai. Langkah yang akan menentukan sampai mana nanti saya akan tiba di tahun berikutnya. Apalagi target saya masih 2 tahun lagi untuk sampai di usia 40 tahun. Saya harap baik-baik saja.

Seni bertahan hidup

Jika ada pilihan untuk tinggal sendiri, saya akan memilih tempat kos saja ketimbang rumah yang semakin tidak terasa nyaman semenjak kedatangan pasangan si bungsu. 

Ada banyak hal terjadi yang tak pernah terprediksi sebelumnya. Saya pikir bisa menikmati hidup dalam kesunyian apabila pemilik rumah tidak liburan ke Semarang. Eh sekarang, kebanyakan khawatir karena sikap yang tidak saya sukai.

Akhir-akhir ini saya lebih banyak makan di dekat laptop, meja kerja. Entah itu pagi maupun siang. Alasannya karena kebutuhan makan yang biasanya saya masak atau beli, saya bawa ke kamar.

Selain itu, saya terus berusaha menghemat di tengah sulitnya keuangan. Beli beras, tempe, timun dan sebagainya. Jika bisa, saya ingin mengeluarkan 10 ribu hanya dalam seminggu.

Sayang, itu tidak mungkin. Karena harga beras termurah yang saya temui masih di angka 14 ribu perkilogramnya. Dengan 1 kg beras, saya mampu bertahan sampai seminggu.

Untuk futsal saya bersyukur tidak mengeluarkan biaya bulanan karena ada orang baik yang selalu membantu. Entah amal perbuatan baik apa yang didapatkan orang tersebut di masa lalu hingga mau membantu saya yang inginnya gratisan mulu.

Satu sisi itu menyenangkan bahwa saya bisa terus main. Namun sisi lain, saya tidak enak jika harus absen atau tidak main karena sudah dibayarin tiap main. 

Memuakkan

Saya tidak tahu apa yang saudara-saudara kandung saya pikirkan tentang kehidupan. Apalagi si bungsu (adik kandung) yang terus mengulang kesalahan. Khususnya soal uang.

Saya tidak bisa membenci mereka karena mereka (saudara) adalah adik-adik saya. Hanya saja, itu memuakkan. Jika toh harus jatuh ke titik terendah, saya tidak akan peduli dengan mereka.

Saya tahu sudah gagal menjadi seorang kakak pertama. Namun perlakuan mereka kepada saya yang sering merusak kepercayaan adalah kesalahan terbesar mereka kepada saya.

Sedih juga bercerita begini ketika mereka mengalami kesulitan. Apalagi si Bapak yang harus merasakan takdirnya di masa lalu dan sekarang harus menerima akibatnya. Jika mengingat perbuatannya dulu, saya akan terus membencinya. Entah sekarang mengapa saya sangat kasihan.

Semua orang (keluarga kandung) harus bertanggung jawab dengan apa yang mereka lakukan. Hadapi segala permasalahan yang dibuat. Jangan lari dan bersembunyi. Sehat selalu buat kalian.

...

Langkah pertama saya sudah berat di awal. Ditambah keuangan yang tidak stabil, membuat saya semakin khawatir tentang bagaimana saat tiba nanti di usia 40 tahun. Apakah bisa bertahan?

Bulan Agustus yang penuh semangat kemerdekaan, saya harap kobarannya masuk ke dalam raga dan jiwa saya. Teruslah berjuang, bertahanlah dan percaya esok akan datang dengan keadaan yang lebih baik dari sekarang.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya