Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Setelah Menikah, Pria Jadi Berubah?

[Artikel 72#, kategori Pria Seksi] Tentu, wanita pun mungkin sama. Namun karena saya bahas pria dan mengalaminya, fokus di tema ini dulu. Saya berharap jika kelak nikah, pikiran dan perbuatan saya tidak ikut berubah. Apalagi sampai extrem!

Saya sedang mengalaminya akhir-akhir ini, terutama di lingkungan sekitar. Dan berkaca ke belakang, kurang lebih sama sebenarnya. Hanya saja baru kali ini jadi bahasan di blog.

Pria baik

Sebagai sesama pria, saya sangat menghargai seseorang. Bahkan, menaruh hormat apabila levelnya di atas saya. Entah itu karena peringkat dalam tatanan kehidupan masyarakat atau jabatan.

Saat masih single maupun pacaran, seorang pria masih sangat loyal dalam hubungan pertemanan maupun persahabatan. Jika ada gesekan pun dianggap hal wajar karena begitulah cara pria hidup.

Menjadi pria baik itu mudah saya pikir. Namun sekarang saya harus menggarisbawahi lagi. Pria baik hanya akan baik pada pasangannya usai menikah.

Berubah

Ini adalah pelajaran berharga buat saya secara pribadi. Setelah menikah, sebagian besar yang saya lihat telah berubah. Sikap loyalitas, saling sapa, tidak peduli hal-hal remeh mendadak hilang seketika.

Wajar hanya saya yang merasakan karena memang belum menikah. Mungkin kamu akan mengatakan maka menikah coba dan rasakan sendiri perbedaannya.

Saya memikirkannya jika pria berubah setelah mereka menikah tentu karena sekarang dalam kehidupannya ada 2 kepala dalam tujuan hidupnya. Ada pertimbangan, masukan dan saran yang harus didengarkan. Semakin bucin, maka semakin diturutin.

Saya tidak bisa menyalahkan seorang pria yang telah menikah. Hanya saja kenapa saya yang harus kena dampak dari perubahan. Mungkin karena dianggap mengganggu kehidupan mereka?

...

Saya tidak tahu apakah kekhawatiran ini karena merasa terancam atau tidak disukai. Yang jelas, keadaannya membuat saya semakin malas berinteraksi dalam kehidupan sesama pria yang dulunya saling hormat menghormati.

Ditambah umur yang semakin menua, seakan harus memaklumin dan lebih bijak menyikapi semua hal yang telah berubah sekarang.

Saya yang cuma menikmati sepi dan malas berinteraksi tetap saja dianggap makhluk yang kasat mata tapi mengganggu. Dianggap tidak peduli, seakan kerja keras selama ini hanya dinilai dalam 1 hari.

Semoga saya tidak menjilat ludah sendiri ketika akhirnya nikah dan ikut berubah juga.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh