Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Setelah Menikah, Pria Jadi Berubah?

[Artikel 72#, kategori Pria Seksi] Tentu, wanita pun mungkin sama. Namun karena saya bahas pria dan mengalaminya, fokus di tema ini dulu. Saya berharap jika kelak nikah, pikiran dan perbuatan saya tidak ikut berubah. Apalagi sampai extrem!

Saya sedang mengalaminya akhir-akhir ini, terutama di lingkungan sekitar. Dan berkaca ke belakang, kurang lebih sama sebenarnya. Hanya saja baru kali ini jadi bahasan di blog.

Pria baik

Sebagai sesama pria, saya sangat menghargai seseorang. Bahkan, menaruh hormat apabila levelnya di atas saya. Entah itu karena peringkat dalam tatanan kehidupan masyarakat atau jabatan.

Saat masih single maupun pacaran, seorang pria masih sangat loyal dalam hubungan pertemanan maupun persahabatan. Jika ada gesekan pun dianggap hal wajar karena begitulah cara pria hidup.

Menjadi pria baik itu mudah saya pikir. Namun sekarang saya harus menggarisbawahi lagi. Pria baik hanya akan baik pada pasangannya usai menikah.

Berubah

Ini adalah pelajaran berharga buat saya secara pribadi. Setelah menikah, sebagian besar yang saya lihat telah berubah. Sikap loyalitas, saling sapa, tidak peduli hal-hal remeh mendadak hilang seketika.

Wajar hanya saya yang merasakan karena memang belum menikah. Mungkin kamu akan mengatakan maka menikah coba dan rasakan sendiri perbedaannya.

Saya memikirkannya jika pria berubah setelah mereka menikah tentu karena sekarang dalam kehidupannya ada 2 kepala dalam tujuan hidupnya. Ada pertimbangan, masukan dan saran yang harus didengarkan. Semakin bucin, maka semakin diturutin.

Saya tidak bisa menyalahkan seorang pria yang telah menikah. Hanya saja kenapa saya yang harus kena dampak dari perubahan. Mungkin karena dianggap mengganggu kehidupan mereka?

...

Saya tidak tahu apakah kekhawatiran ini karena merasa terancam atau tidak disukai. Yang jelas, keadaannya membuat saya semakin malas berinteraksi dalam kehidupan sesama pria yang dulunya saling hormat menghormati.

Ditambah umur yang semakin menua, seakan harus memaklumin dan lebih bijak menyikapi semua hal yang telah berubah sekarang.

Saya yang cuma menikmati sepi dan malas berinteraksi tetap saja dianggap makhluk yang kasat mata tapi mengganggu. Dianggap tidak peduli, seakan kerja keras selama ini hanya dinilai dalam 1 hari.

Semoga saya tidak menjilat ludah sendiri ketika akhirnya nikah dan ikut berubah juga.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat