Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Kebobolan Dua Kali

[Artikel 68#, kategori Pria Seksi] Lagi, dengan kejadian yang sama. Dia tidak henti-hentinya memberi kejutan. Meski bukan hak saya untuk melarang dan merengek agar tidak terjadi, tetap saja sebagai manusia yang punya label mantan, perasaan saya tersakiti. Saya belum satu pun menggandeng seseorang, Dia sudah dua.

Feeling saya sekali lagi benar. Pria kali ini yang dekat dengannya bukan sekedar pelanggan tempat ia bekerja (bisnis kuliner). Entah kenapa, saya memiliki perasaan itu saat memorgoki ia dengan pria tersebut yang sedang live instagram saat jam kerja. 

Padahal saya untuk berkomunikasi dengannya saat jam kerja, bakal dibalas berjam-jam. Saat itulah  ada sesuatu yang tidak beres saya pikir.

Sore hari, beberapa hari sebelum akhirnya ia mengaku hari ini (26/7), saya melakukan kebodohan dengan menunggunya selama 2 jam di dekat kawasan ia tinggal. Ia mengatakan akan pulang sore hari. Namun sampai jam 7 malam, ia tak pulang juga. Dan ia membuktikannya dengan ia sedang berada di kantor.

Dua kali kebobolan

Ketika perbedaan keyakinan membuat saya ikhlas melepaskannya untuk mendorong ia menemukan belahan hati yang lain dan khususnya, seiman, saya sudah tahu risikonya bakal baper.

Namun hari ini terlalu cepat. Saat bersamanya sebagai pasangan saya berjuang untuk bertahan. Saat bersamanya menjadi mantan, saya fokus membuatnya bertahan dari penderitaan. Apakah saat ia kena Covid-19 atau mengantarnya bekerja.

Ia telah mengatakannya bahwa mereka telah jadian. Bahkan dengan bangga dan tersenyum bahagia dia ditembak (pengakuan cinta) dengan membawa doa-doa (agama). Dan karena itu ia setuju.

Saya yang mendengar rasanya tidak percaya jika baru kemarin ia baru mengaku dekat dan ternyata sekarang jadian. Kemarin belum usai masalahnya karena saya kaget ia dekat dengan seseorang saat saya terus fokus menemaninya.

Ia seolah tidak menganggap saya sebagai manusia atau mantannya. Saya hanyalah pengantar atau pria yang ia butuhkan saat-saat tertentu. Saya marah dan sangat sedih setelah mengatarnya ke tempat kerja. Mengapa sampai dua kali saya harus merasakan sedih seperti ini?

Kebobolan pertama adalah ketika ia memutuskan menerima seseorang yang pernah saya pergoki berdua pulang. Saat itu, mereka mengaku berstatus teman. Eh, lama kelamaan malah jadian.

Saya selalu tidak pernah percaya ada hubungan antara pria dan wanita dengan embel hanya sekedar teman. Terbukti, sekali lagi. Karena itu haknya, saya tak bisa berbuat apa-apa. Dia memang pantas jadi populer, tak heran banyak pria mendekatinya.

Kebobolan kedua, kala ia ketahuan live Instagram berdua. Selama 1 minggu saya pikir ia benar-benar fokus pada pekerjaan. Yang saya tawarin hanyalah menunggunya pergi dan pulang kerja. 

Ternyata pertemanan keduanya sudah jauh dari apa yang saya baru ketahui. Dan ia tak menyangkal bahwa mereka dekat dan pernah jalan tanpa saya ketahui. Dan ketika beberapa hari kemudian, tepatnya hari ini saat mengatakan jadian, saya seperti tersambar petir.

Lho, saya baru tahu beberapa hari kemudian tentang hubungan keduanya. Sejak kapan komunikasi yang tak saya ketahui itu berjalan. Padahal ia sudah punya pacar dan saya sebagai mantan. Lalu, apa yang terjadi selama ini benar-benar di luar pikiran saya.

Saat melihat chat keduanya yang begitu intens, saya benar-benar pasrah bahwa mereka sudah berkomunikasi sejauh itu.

Saya saat mendengar betapa ia mengangumi sosoknya, tak percaya bahwa ia tak melihat posisi saya sebagai pria yang pernah mencintainya. Baper terus jadinya, meski harus menerima karena hubungan kami juga sudah berakhir dengan sebutan mantan.

Pria menyedihkan

Kok jadinya tema tahun ini sesuai dengan kisah yang saya alami. Sebagai pria, saya sudah membuktikannya merasa nyaman. Saya bahkan memberi perhatian kepadanya, meski tak 100% lagi seperti saat berstatus pacaran.

Semua saya lakuin, dan berpikir bahwa membuatnya fokus dengan pekerjaan dan saya, tak ada celah buat dia bermain-main lagi dengan perasaan.

Ternyata dibalik aktivitas yang diembannya sekarang yang berada di dalam ruangan, celah itu masih bisa tembus. Ada ruang hati yang dapat diberikan kepada pria lain selain saya.

Seolah apa yang saya lakukan hanyalah sebuah kepentingan dan saling butuh saja. Tidak ada diri saya dalam pikirannya. Celah itu mungkin masih terbuka untuk yang lain.

Menghela nafas...

Benar-benar menyedihkan nasib saya. Mau marah, tapi sudah tidak berhak dan diberikan pilihan apakah mau pindah agama?

Menangis, rasanya ini kali pertama saya melakukannya saat baru melangkah menjadi pria 35 tahun. Lalu, buat apa menumpahkan air mata kepada orang yang sudah berstatus mantan.

Gambar : Unsplash

...

Mungkin adalah keputusan terbaik meninggalkannya dan menghilang seperti para mantan. Tujuannya agar dia fokus pada pasangan. Dan saya tidak dicap sebagai orang ketiga. Semoga hukum sebab akibat tidak ada di dunia ini seperti yang sering saya baca di komik.

Saya belajar lagi hari ini bahwa konsisten (selalu bersamanya) belum tentu berhasil. Dan perjalanan karir saya masih dilematis karena sebuah perasaan. Sungguh ia begitu egois membiarkan saya hidup dalam ceritanya yang dibuat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh