Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Drama Dibalik Hujan yang Sangat Deras

[Artikel 64#, kategori Pria Seksi] Saya ingin mengenang momen ini di masa depan kelak. Perjalanan yang sederhana tapi penuh kisah dibaliknya. Balutan drama menjadi pengisi disela-sela hujan yang membuat bulu kuduk berdiri. Yah, hujannya benar-benar deras hari ini.

Seperti yang sudah-sudah, hari ini saya mengantarnya pergi bekerja. Tak ada firasat akan datangnya hujan, toh langit sepanjang jalan terlihat cerah.

Namun saat sedang berada di jalan tanjakan, hujan yang seolah turun dari Semarang bagian atas menghampiri begitu saja. Sontak menghentikan mesin dan bergegas menggunakan jas hujan.

Drama dimulai dari sini

Mundur beberapa menit sebelumnya. Langit memang tampak gelap dari Semarang atas. Tapi saya tak perlu khawatir karena ada jas hujan yang berada di bawah jok motor.

Sepanjang jalan, kami terlibat percakapan. Saya masih tidak terima akun facebook saya diblokir. Entah apa yang salah, itu sangat mencurigakan.

Ia masih mengeluh karena kesakitan saat perutnya saya cubit saat di rumah. Padahal, saya mencubitnya dengan manja karena ia membicarakan sepatu yang dibeli saat saya khawatir isi dompetnya yang kosong.

Dan drama itu akhirnya terjadi. Kami yang sudah berhenti dan beberapa pengendara juga berhenti untuk memakai jas hujan, ia malah tidak menggunakan.

Dipikirnya hujan tidak akan lebat, sehingga ia tak begitu was-was. Toh, tempat kerjanya sebentar lagi sampai.

Praha itu tiba, hujan benar-benar datang dengan sangat deras. Jalanan sebagian mulai banjir. Tak kebayang, daerah Semarang atas ini curah hujannya sangat besar.

Kekhawatiran saya memuncak kala hujannya juga tak kunjung pergi. Seluruh tubuh terasa basah sekali. 

Saya terus menerus menawarkan berhenti agar ia memakai jas hujan juga. Saya sudah mengantisipasi dengan memiliki 2 jas hujan yang ditaruh dalam motor.

Namun, ia tetap kekeh. Dan puncaknya ia mengeluh pakaiannya akhirnya basah. Laju kendaraan di sebelah yang airnya mengenai celananya juga membuatnya marah.

Apalagi ini mau bekerja. Bagaimana bisa pakaian basah dapat dipakai saat beraktivitas nantinya di sana.

Mendengar itu dan melihat keadaannya, saya akhirnya terpaksa menghentikan motor di atas trotoar. Kondisinya pun masih hujan deras.

Saya yang sangat kesal karena ia tidak mendengarkan apa yang saya anjurkan, langsung membuka jok dan memakaikan jas hujan kepadanya.

Yang terjadi? Ia bukannya merapikan jas hujan di tubuhnya, namun malah membuang ke tanah. Ia marah karena pakaiannya basah.

Maksud Anda! Saya benar-benar jengkel setengah mati. Sudah dibilang dari tadi, tapi tetap keras kepala.

Kejadian ini seperti acara sebuah stasiun televisi yang sedang syuting acara realiti. Duh, kesal. Dan hanya bisa menggerutu pada diri sendiri.

Sifatnya yang pemarah tapi tidak mau dimarahi membuat saya lebih baik diam. Ia akhirnya memakai dan kami pergi melanjutkan perjalanan.

Bolak-balik

Saat hujan belum mereda, ia mulai berpikir rasional. Ia meminta pulang dulu ke kosnya untuk berganti. 

Padahal, tempat kerjanya sudah dekat. Andai ia menurut, kejadiannya tidak begini. Ah sial, sambil menggerutu dalam hati kembali.

Akhirnya kami melewati tempat kerjanya dan pulang ke tempatnya. Sepanjang jalan, hujan masih tak berhenti dan tetap deras.

Entah, apakah begini caranya berkorban demi seseorang. Dan saya baru sadar, pakaian saya ikut basah. Jas hujan yang saya gunakan ternyata airnya masuk ke dalam pakaian.

Pada bagian akhir ceritanya, kita bolak-balik jadinya. Setelah mengganti pakaian, kami kembali menuju tempat kerja. Dan hujan juga belum reda.

Sepanjang jalan, mulut saya komat-kamit memanjatkan doa agar tidak terjadi apa-apa. Hujannya bisa diatasi dengan jas hujan, tapi jalanannya yang licin itu berbahaya.

...

Entahlah, semakin ke sini sifat seseorang semakin terlihat aslinya. Keyakinan sih boleh (keras kepala), tapi mendengarkan juga tidak kalah penting (menghargai).

Setelah mengantarnya bekerja, saya yang sudah di rumah mau tidak mau harus minum obat masuk angin. 

Tubuhnya sih tidak ada masalah. Saya hanya ingin mengantisipasi saja agar tidak terjadi penyakit saat beristirahat nanti.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Halo, Mei 2024