Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Dua Bulan Tanpa Penghasilan

[Artikel 114#, kategori blogger] Membuka dua bulan awal tahun ini, saya masih belum memiliki penghasilan. Bahkan, mengikuti kegiatan dengan brand nasional hingga menginap di hotel bintang 4 pun juga tak memberi apapun. Semua adalah fasilitas, dan tidak bisa diuangkan.

Saya semakin tidak mengerti dengan dunia yang bekerja di media sosial. Orang-orang yang memiliki pekerjaan bagus, masih mengeluh karena bebannya yang dianggap keruh (berat). Padahal punya gaji, bisa memanfaatkan uang untuk menutupi hati.

Bila orang-orang tersebut masih mengeluh, bagaimana dengan mereka yang bekerja tapi tak miliki gaji. Memang tidak bisa disamaratakan, tapi toh, kenapa diceritakan. Apalagi di media sosial yang lebih terbuka, seperti sebuah keramaian yang tak ada habisnya terdengar.

2 bulan (Januari-Februari)

Saya hanya menulis cerita ini untuk diingat ketika di masa depan. Bagaimana saya menderita karena yang saya lakukan, bila kelak benar-benar sukses. Ya, itu andai saja. Doakan saja ketimbang meremehkan.

Saya membuka halaman blog saya setahun lalu untuk melihat seperti apa yang saya lakukan. Apakah nasibnya sama atau berbeda.

Ternyata yang saya baca adalah dilema tentang hutang. Saya membenci kata hutang, dan berharap tidak melakukannya.

Namun yang membuat saya bersemangat tahun itu adalah saya ternyata memiliki tabungan yang ingin digunakan untuk biaya pernikahan. Entahlah berapa kira-kira.

Sekarang, sepertinya saya benar-benar mengurungkan niat menikah tahun ini. Dua bulan tanpa pemasukan, uang masa depan yang saya simpan sudah hilang. Dan makin ke sini, semua terpaksa digunakan.

Hanya beberapa ribu rupiah yang tersimpan dan itu pun bakal tidak cukup membeli kuota bulanan internet. Memang ada bantuan dari pemilik rumah, itu pun diberikan untuk mengisi perut kucing. Tapi tetap saja saya bersyukur, masih ada nasi hari ini untuk dimakan.

Saya tidak ingin kamu mengasihi saya karena memang itulah resiko yang saya harus ambil saat sekarang. Terlebih pandemi yang menyerang.

Saya sudah sering berada di keadaan seperti ini, jadi biarkan saya bercerita dan kamu cukup mendengarkan saja. Semua pasti baik-baik saja.

...

Tidak menyenangkan berada diposisi ini sebenarnya, terutama dompet yang seharusnya terisi. Tapi itulah kenikmatan hidup. Kerja keras harus memeras keringat. 

Kerja sendiri, harus kuat dengan masalah pribadi. Semoga kamu yang lebih baik hidupnya dari saya, bisa mensyukuri nikmat yang kamu dapatkan.

Bersyukurlah dan teruslah bekerja dengan baik.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Halo, Mei 2024