Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Asosiasi Blogger


[Artikel 112#, kategori blogger] Hari ini, Kamis (10/11), saya memposting gambar seseorang yang memegang sebuah buku di Instagram. Saya hanya kepikiran saja bahwa para pelaku desain sudah memiliki asosiasi yang dapat mendukung mereka. Saya berharap dunia blogging yang ada di tanah air pun memiliki asosiasi juga.

Ini hanya buah pikiran yang terlintas saja ketika mengikuti kegiatan awal bulan Desember kemarin. Peran asosiasi sangat penting ketimbang komunitas menurut saya.

Saya tidak tahu bagaimana jadinya, apakah esok atau di masa depan? Ketika itu (asosisasi blogger) benar-benar ada di masa depan, saya harap tulisan ini kembali saya buka yang menginginkan adanya perubahan dalam lingkup blogger.

Ngeblog tidak sekedar hobi dan pekerjaan (masih masing-masing). Tapi lebih menyuarakan agar lebih sejahtera dan diakui keberadaannya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya