Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Futsal Terakhir Tahun 2020

[Artikel 62#, kategori futsal] Saya menyambutnya dengan sangat suka cita ketika teman main futsal awal-awal mengajak saya main di tempatnya. Saya pikir tim lama yang sudah setahun lebih saya ikuti, ternyata tim lain dan juga lapangan yang berbeda. Penghujung tahun, saya punya cerita bangga akan mereka. Karena hobi dapat tersalurkan meski di tengah pandemi.

Hampir 2 bulan saya bergabung dengan mereka dan termasuk anak bawang mungkin saja. Perasaan gugup masih saja menemani yang berimbas kemampuan di atas lapangan juga terbatas. Meski akhir-akhir ini mulai percaya diri, tetap saja rasa hormat untuk mereka yang lebih lama tetap dijaga.

Foto bersama

Futsal terakhir di bulan Desember tidak berjalan mulus meski cuaca terang benderang. Kedatangan keluarga nyatanya juga berpengaruh. Saya telat 1 jam dari jadwal biasanya bermain. Gara-gara nemenin keluarga wisata belanja, hasrat futsal yang menggebu-gebu harus tertahan.

Tapi untunglah, waktu masih menunggu saya malam ini (29/12). Karena beberapa hari lagi merayakan pergantian tahun, futsal yang biasanya dimainkan Kamis Malam, diganti jadi Selasa malam.

Kali ini saya tidak datang dengan bersepeda, namun dengan motor pinjaman orang rumah. Selain menghemat waktu, saya rasa tubuh ini juga sudah lelah. Apalagi akan bermain, setidaknya tenaga dan waktu yang sudah terbuang jadi lebih berarti dengan berkendara roda dua.

Syukurlah, ada penambahan setengah jam ketika suara penjaga lapangan mengumumkan waktu kami telah habis. Koordinator futsal kami sangat baik. Ia berhasil melobi penjaga lapangan dan akhirnya saya dapat bermain lebih lama meski telat.

Sebagai anak bawang, saya mendapatkan harta yang tak terhingga kali ini dipenghujung akhir tahun. Sebuah pertemanan baru yang diabadikan lewat foto bersama. Berkompetisi di atas lapangan, dan bersilaturahmi dalam setiap kenangan.

Terima kasih untuk kesempatannya kembali merumput di atas lapangan. Khususnya teman futsal saya yang membawa kembali hasrat tersebut. Dan membuat saya terus berusaha bersepeda pagi-pagi agar tetap menjaga kondisi.

Sangat terbukti tentunya. Setiap pagi berolahraga, tubuh saya masih kuat berlari meski berkapala tiga.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya