Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Ada Alasan Tidak Bersepeda Hari Ini; PilWalKot

[Artikel 22#, kategori sepeda] Ada fenomena menarik hari ini. Cuaca yang selama 3 hari ini memberi suasana dingin, hujan dan angin, mendadak cerah. Benar-benar terang benderang pagi hari. Padahal sebelumnya, langit selalu gelap yang disertai gerimis dan gerumuh angin.

Bila itu keadaannya, saya masih bisa bersepeda 2 hari sebelumnya. Kecuali hujan yang memang sulit ditolerin, maka saya tidak akan bersepeda.

Pemilihan Kepala Daerah

Hari ini, 9 Desember, jatuh pada hari Rabu. Ada agenda nasional yang sedang mengadakan pemilihan Kepala Daerah. Di Semarang, pemilihan Wali Kota dipastikan melawan kotak kosong. Saya yang bukan asli Semarang tentu hanya bisa melihat saja.

Antara fenomena dan Pilwalkot ini seolah ada hubungan. Bagaimana bisa curah hujan dan angin yang sering membuat kaca jendela berbunyi mendadak kalem. Mungkin direstui acara hari ini.

Tidak bersepeda

Tenda terpasang di jalan yang berada di tikungan, dekat rumah. Sepertinya lokasi simpangan di sini paling favorit digunakan untuk setiap acara. Entahlah, saya harap ada orang yang mengetuk pintu memberitahu atau sekedar bilang bahwa di depan rumah ada kegiatan.

Ketika tenda sudah ada, dan acara untuk hari ini akan dimulai pukul 7 pagi, saya terus diberi kebimbangan. Apakah tetap bersepeda seperti biasa atau libur hari ini? Karena dipastikan perasaan tidak enak bakal jadi perhatian, ada banyak orang di sana (tenda) yang melihat. 

Pada akhirnya saya memilih hanya di rumah saja. Tidak apa-apa hari ini tidak bersepeda. Toh, hanya sehari saja. Besok sudah bisa lagi, kata dalam hati.

...

Saya menulis cerita ini siang hari ketika pikiran sudah menuntut untuk dikeluarkan. Tanpa terasa, angin yang sudah tenang sejak pagi, sudah kembali membuat jendela-jendela rumah berdetak dan berbunyi. Angin benar-benar kencang seperti kemarin.

Hati-hati buatmu yang bepergian siang hari.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya