Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

22 Kilometer


[Artikel 18#, kategori sepeda] Jumat pekan ini adalah paling terberat bermain futsal. Setelah berkunjung ke salah satu hotel untuk berdiskusi soal acara bulan Maret, saya masih menyempatkan melihat suasana jalan Depok. Total saya bersepeda hari itu adalah 22 Kilometer.

Jarang-jarang saya memperhatikan jumlah jarak bersepeda saya, meski ada aplikasi pencatat di hape saya, yakni google fit. Namun hari ini (14/2), wajah lelah saya tidak dapat dibohongi saat ditanya rekan futsal saya setelah bermain.

Saya benar-benar lelah.

Saya seperti terlalu sombong setiap ditanya dari mana bersepedanya (baca rumah). Padahal saya hanya menyukai apa yang saya lakukan dengan konsekuensi yang harus saya rasakan. Rasa lelah.

Jarak 22 km memang tak berarti bagi mereka yang terbiasa mengacu sepedanya setiap hari. Namun saya berbeda dengan mereka yang kini kadang membuat saya semakin minder. Sepeda brompton bukan saja menaikkan status pesepeda, namun juga saya tak pandai merawat sekarang ini.

Perbedaan lainnya karena alat transportasi yang saya gunakan adalah sepeda. Murni full sepeda kemana-mana. Bisa dibayangkan pindah satu tempat ke tempat lain dengan kaki yang pegel. Saya tahu tidak boleh mengeluh karena ada yang lebih mengerikan dari saya.

Semoga sehat selalu

Alhamdulillah, bermain futsal tetap berjalan lancar meski menguras nalar. Kesenangan, cinta dan bagaimana sikap adalah kekuatan yang saya lakukan untuk apa yang saya lakukan hari ini.

Lelah, sangat lelah. Capek, benar-benar capek. Risiko, saya tidak dapat membantah. Saya hanya berharap tetap selalu diberi kesehatan. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya