Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Sering Terlambat Datang


[Artikel 51#, kategori futsal] Akhirnya futsal hari ini selesai (21/2). Tubuh sangat-sangat lelah karena seharian berada di luar kota. Futsal hari ini pun terlambat datang. Saat menenangkan diri di luar ruangan yang ditemani hujan, rekan futsal bertanya. Kok sekarang sering terlambat datang?

Mata saya memandang parkiran motor yang sedikit terlihat gelap. Tubuh saya bersandar dan kaki saya selonjorkan sambil menyeka keringat yang tak berhenti menetes.

Meski hanya main satu jam karena terlambat datang, ini sangat menguras tubuh dan pikiran. Lelah ini tidak berarti memang, tapi saya senang bahwa saya datang bermain.

Hari Jumat yang lebih sibuk

Pertanyaan rekan saya di awal paragraf hanya mampu saya jawab bahwa hari ini saya baru pulang dari luar kota mengikuti kegiatan Disporapar Jateng.

Akhir-akhir ini, banyak liputan jatuh hari Jumat. Saya juga tidak menyangka tahun ini begitu sibuk dan membuat rekan-rekan berpikir saya sering datang terlambat.

Padahal saya tetap menyempatkan datang. Melupakan rasa lelah, dan mengayuh pedal sepeda dari rumah menuju lapangan. Lelah yang double. Ditambah harus lagi mengeluarkan keringat di dalam lapangan.

Maafkan saya

Rekan-rekan saya mungkin sudah hapal bagaimana saya selalu datang lebih awal. Bahkan saya pernah datang setengah jam sebelum bermain.

Perasaan mereka melihat tahun ini tidak biasa yang saya lakukan itu wajar saja. Yang pasti, saya akan tetap berusaha datang dan bermain dengan mereka.

Maafkan saya bila itu menjadi kekhawatiran. Saya tidak dapat menolak saat pekerjaan datang dan bersenang-senang dengan aktivitas tersebut. Apalagi dibayar. Uangnya tentu juga untuk bayar iuran futsal.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya