Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Futsal Perdana Tahun 2020 Disambut Hujan


[Artikel 48#, kategori futsal] Harap-harap cemas sebenarnya, sebelum berangkat futsal, hujan mengguyur. Memang sih cuacanya sedang tidak bersahabat sejak awal bulan tanggal 1 Januari. Berpikir bahwa siang hari cerah ternyata malamnya parah (hujan).

Mungkin ini adalah awal keberuntungan tahun 2020. Tekad menuju lapangan dengan berjas hujan meski naik sepeda dibayar dengan pertandingan yang berbeda dari Jumat biasanya.

Hari ini, Jumat tanggal 3 Januari 2020. Saat tiba di gedung futsal, hujan terus menghujat tanpa henti. Bahkan curah hujan disertai angin terasa sampai dalam saat duduk menunggu yang lain datang.

Apakah tidak jadi main?

Saya senang menyambut futsal perdana tahun 2020. Bila tidak jadi pun, karena orangnya banyak yang tak datang, setidaknya tekad saya datang paling awal memberi semangat tersendiri untuk Jumat pekan depannya lagi.

Satu persatu, rekan-rekan mulai berdatangan. Ada yang kebasahan karena jarak parkir dan gedung utama tidak beratap. Ada juga yang membawa payung.

Keberuntungan itu akhirnya datang. Tim lain yang rupanya salah jadwal dan mereka sudah pada datang semua menginginkan lapangan yang biasa kami pakai.

Pekerja di sana bertanya kepada kami yang belum juga masuk lapangan hingga hampir jam setengah 8. Apakah kami tidak jadi main? 

Koordinator kami yang biasa mengurusi lapangan tidak berkenan memberikan lapangan karena kami perlahan-lahan terus berdatangan. Meski pada akhirnya yang datang hanya 9 orang.

Tim lain sepertinya sudah pasrah bahwa mereka tidak berhasil membujuk kami memberikan jadwalnya kepada mereka.

Tapi kami yang merasa dari segi jumlah tidak mungkin bermain, karena yang lain masih perjalanan dan sekaligus menghemat uang sewa, kami memutuskan mengajak mereka (tim lain tadi) ikut bermain.

Pembayaran tentu saja dibagi dua, antara kami dan mereka. Alhasil, saya langsung segera pasang sepatu dan masuk lapangan.

Hujan yang masih setia

Dengan 9 orang, kami bergantian menjadi tim melawan tim mereka yang didominasi remaja. Awalnya mereka terlihat canggung, namun seiring waktu dan tim kami juga yang turut bergantian, mereka sangat kuat.

Fisik mereka memang masih kuat dan kekurangan kami adalah tim kedua yang bermain tidak terlihat baik seperti saya dan tim pertama saat mereka sedang gugup.

Pikiran saya sempat tertahan untuk memberi perlawanan. Mengalahkan mereka dan meremehkan terlintas begitu saja. 

Untunglah bahwa tujuan futsal di sini bukanlah berkompetisi. Melainkan tempat bersenang-senang. Ketika kamu bisa bersenang-senang, kemampuanmu tidak akan hilang.

Suara petugas lapangan akhirnya terdengar lewat pengeras suara yang menandakan waktu sewa kami habis. Hari ini kami beruntung bisa bermain dengan tim mereka. Rasa lelahnya tidak sia-sia kali ini dibandingkan main sendiri dengan rekan sendiri yang pas-pasan.

Waktunya balik ke rumah. Hujan rasanya tidak mau berhenti malam ini. Jalanan Semarang mulai tergenang sebagian. Itu artinya hujan selain deras juga tidak berhenti.

Saya jadi kepikiran tentang Jakarta yang dilanda banjir. Syukurlah Semarang tidak terjadi. Jalanan yang masih ramai kendaraan perlahan-lahan mulai sepi. Ya, saya sudah tiba di rumah.
Sampai jumpa, Jumat Minggu kedua besok.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Parkir Sepeda di Louis Kienne Hotel Pandanaran Semarang

Wanita Sang Penguasa Dapur