Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal Perdana Tahun 2020 Disambut Hujan


[Artikel 48#, kategori futsal] Harap-harap cemas sebenarnya, sebelum berangkat futsal, hujan mengguyur. Memang sih cuacanya sedang tidak bersahabat sejak awal bulan tanggal 1 Januari. Berpikir bahwa siang hari cerah ternyata malamnya parah (hujan).

Mungkin ini adalah awal keberuntungan tahun 2020. Tekad menuju lapangan dengan berjas hujan meski naik sepeda dibayar dengan pertandingan yang berbeda dari Jumat biasanya.

Hari ini, Jumat tanggal 3 Januari 2020. Saat tiba di gedung futsal, hujan terus menghujat tanpa henti. Bahkan curah hujan disertai angin terasa sampai dalam saat duduk menunggu yang lain datang.

Apakah tidak jadi main?

Saya senang menyambut futsal perdana tahun 2020. Bila tidak jadi pun, karena orangnya banyak yang tak datang, setidaknya tekad saya datang paling awal memberi semangat tersendiri untuk Jumat pekan depannya lagi.

Satu persatu, rekan-rekan mulai berdatangan. Ada yang kebasahan karena jarak parkir dan gedung utama tidak beratap. Ada juga yang membawa payung.

Keberuntungan itu akhirnya datang. Tim lain yang rupanya salah jadwal dan mereka sudah pada datang semua menginginkan lapangan yang biasa kami pakai.

Pekerja di sana bertanya kepada kami yang belum juga masuk lapangan hingga hampir jam setengah 8. Apakah kami tidak jadi main? 

Koordinator kami yang biasa mengurusi lapangan tidak berkenan memberikan lapangan karena kami perlahan-lahan terus berdatangan. Meski pada akhirnya yang datang hanya 9 orang.

Tim lain sepertinya sudah pasrah bahwa mereka tidak berhasil membujuk kami memberikan jadwalnya kepada mereka.

Tapi kami yang merasa dari segi jumlah tidak mungkin bermain, karena yang lain masih perjalanan dan sekaligus menghemat uang sewa, kami memutuskan mengajak mereka (tim lain tadi) ikut bermain.

Pembayaran tentu saja dibagi dua, antara kami dan mereka. Alhasil, saya langsung segera pasang sepatu dan masuk lapangan.

Hujan yang masih setia

Dengan 9 orang, kami bergantian menjadi tim melawan tim mereka yang didominasi remaja. Awalnya mereka terlihat canggung, namun seiring waktu dan tim kami juga yang turut bergantian, mereka sangat kuat.

Fisik mereka memang masih kuat dan kekurangan kami adalah tim kedua yang bermain tidak terlihat baik seperti saya dan tim pertama saat mereka sedang gugup.

Pikiran saya sempat tertahan untuk memberi perlawanan. Mengalahkan mereka dan meremehkan terlintas begitu saja. 

Untunglah bahwa tujuan futsal di sini bukanlah berkompetisi. Melainkan tempat bersenang-senang. Ketika kamu bisa bersenang-senang, kemampuanmu tidak akan hilang.

Suara petugas lapangan akhirnya terdengar lewat pengeras suara yang menandakan waktu sewa kami habis. Hari ini kami beruntung bisa bermain dengan tim mereka. Rasa lelahnya tidak sia-sia kali ini dibandingkan main sendiri dengan rekan sendiri yang pas-pasan.

Waktunya balik ke rumah. Hujan rasanya tidak mau berhenti malam ini. Jalanan Semarang mulai tergenang sebagian. Itu artinya hujan selain deras juga tidak berhenti.

Saya jadi kepikiran tentang Jakarta yang dilanda banjir. Syukurlah Semarang tidak terjadi. Jalanan yang masih ramai kendaraan perlahan-lahan mulai sepi. Ya, saya sudah tiba di rumah.
Sampai jumpa, Jumat Minggu kedua besok.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh