Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Tangan yang Tak Mampu Bertahan


[Artikel 45#, kategori futsal] Beberapa Minggu menjadi kiper, akhirnya harus merelakan berganti posisi seperti biasanya. Sebuah sepakan keras dari luar kotak pinalti, benar-benar menghancurkan momen pekan terakhir di bulan November.

Persiapan matang sudah dilakukan beberapa jam sebelum berangkat. Tak ada perasaan salah hari itu, Jumat (29/11). Saya juga sedang mencoba minuman energi beberapa minggu terakhir yang saya konsumsi satu jam sebelum bermain.

Bertahan kurang dari 10 menit

Akhir bulan yang diprediksi sepi, rupanya tidak terjadi. November benar-benar penuh semangat buat rekan-rekan futsal yang konsisten datang.

Tidak heran, kali ini saya bukan orang yang pertama datang seperti Jumat-jumat sebelumnya. Luar biasa semangat mereka.

Setelah pemanasan sesaat, permainan segara dimulai. Jumlah pemain lebih dari cukup untuk membaginya menjadi dua. Bahkan di luar lapangan, sudah ada banyak rekan futsal yang bisa dibuat satu tim.

Saya seperti biasa mengambil inisiatif menjadi kiper. Entah kenapa, gol-gol datang silih berganti. Saya kebobolan lebih cepat dari biasanya.

Satu momen yang menghancurkan kiprah saya datang saat pemain lawan menendang dengan kencang ke arah gawang. Saya sangat sigap untuk menghadang dengan tangan kiri. Bola berhasil ditepis yang mengarah sisi kiri bawah tiang gawang.

Di sinilah kejadian yang mengkhawatirkan terjadi. Tangan saya seperti tertembak. Pergelangan tangan sangat terkejut layaknya tersengat listrik. Saya merintih kesakitan dan berharap ini tidak patah.

Akhirnya saya pun diganti dan keluar permainan. Lengan kiri benar-benar sangat sakit. Apakah berwarna biru atau merah? Tidak ada, saya sangat beruntung bahwa ini cuma semacam sakit. Tidak bengkak maupun patah. Saya bersyukur sekali.

Tetap melanjutkan

Sakit yang tidak bisa hilang mau tidak mau terus saya rasakan. Meski begitu, saya tetap ingin bermain. Ada alasan sangat baik untuk tidak menjadi kiper kali ini.

Saya tetap ikut bermain hingga akhir waktu sewa lapangan. Entah apakah hari Jumat besok, awal Desember saya akan kembali menjadi kiper atau kembali ke posisi sebagai pemain biasa.

...

Saya sangat khawatir ketika kondisi tangan tidak baik-baik saja hingga saya pulang ke rumah. Bagaimana saya bisa mengetik nantinya? Saat pulang naik sepeda pun, saya juga khawatir.

Untunglah, hingga saya mengetik tulisan ini, tangan sudah lumayan kembali baik seperti biasa. Akhir November yang tidak akan saya lupakan kali ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Jab Harry Met Sejal, Film India Tentang Pria yang Berprofesi Sebagai Pemandu Wisata

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun