Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Senin yang Tak Seperti Biasanya


Setahun terakhir, Saya menyukai Senin. Mengaturnya sedemikian rupa dan memperlakukan layaknya diri sendiri dengan tegas dalam sikap disiplin. Kini, konsisten itu sangat sulit. Dan juga membuat perasaan meledak-ledak.

Saya tidak tahu apakah ini dampak dari akhir tahun atau memang saya saja yang sedang baper. Pekerjaan yang rutin dilakukan setiap Senin mendadak sulit dikerjakan.

Pekan kedua, rumah sedang dalam perbaikan sisi ruangan dapur. Tentu ada orang yang mengerjakannya. Aktivitas saya sangat terganggu, khususnya rutinitas yang tak pernah terbanyangkan akan kalah karena hal kecil begini.

Mungkin kamu tidak mengerti perasaan orang yang selalu rutin melakukan secara intens. Apalagi bertahun-tahun. Ketika itu diganggu, sekecil apapun, itu menjadi masalah sendiri. Khususnya perasaan.

Selain beberapa aktivitas terganggu, termasuk sepi yang saya anggap sebuah kemewahan, kamar mandi juga turut berdampak.

Saya menjaga kebersihannya dengan baik. Dan tak segan menyemprot orang yang memakainya, terutama orang rumah. Lagi-lagi apa yang dijaga selama ini, kini tidak berarti. Ilmu maklum harus diterapkan.

Lebih baik saya diam

Pikiran saya ingin meledak, perasan saya menggebu-gebu ingin mengumpat. Tapi saya tersadar bahwa rasanya itu hanya sia-sia belaka.

Saya memilih diam dan membiarkan. Biarkan tubuh saya yang bekerja meski sakit hati ini. Percuma memikirkan dan membuang waktu. Anggap saja ini porsi tambahan berolahraga.

...

Saya menyukai Senin karena saya sudah mengatur semua aktivitas. Jam segini melakukan ini, jam selanjutnya melakukan itu dan lain sebagainya.

Saya harap, Senin kembali normal dan perasaan saya tidak lagi terombang-ambing.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh