Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kekhawatiran


[Artikel 12#, kategori ASUS] Ini hanyalah sebuah perasaan tentang apa yang terjadi. Bukan tentang pernyataan atau anggapan buruk. Pengalaman mengajarkan banyak hal, termasuk rasa khawatir dan ketakutakan. Mungkin saat membuka halaman ini di masa depan, kekhawatiran ini semoga tidak terjadi.

ASUS Indonesia baru saja melaunching Smartphone gamingnya, ROG Phone 2, Kamis siang (5/12) di Jakarta. Ini kabar baik buat calon pengguna yang sudah menunggu lama. Namun ini bukan kabar baik buat saya dan mungkin beberapa rekan yang biasanya dilibatkan dalam kampanye peluncuran.

Tidak lagi menyaksikan secara langsung

Bulan madu dengan ASUS Indonesia tahun ini telah berakhir. Gelagatnya sudah kecium dalam beberapa kesempatan tentang bagaimana siklus yang terjadi pada perusahaan.

Pikiran saya langsung mengingat Blogdetik yang akhirnya memutuskan mundur dari sang rival, Kompasiana. Blogdetik diawal-awal juga punya semangat besar dan membuat saya terbang ke awan.

Kini, tidak ada lagi menyaksikan peluncuran produk ASUS. Apakah saya kecewa? Tidak juga, semua sayang ASUS Indonesia. Sama seperti Manchester United yang tetap mempertahankan Ole. Semua sayang, Ole.

Tahun 2020?

Peluncuran ROG Phone 2 tanpa kehadiran bloger dari luar kota tetap berhasil dengan tujuan utamanya menaikkan tagar di trending topik Twitter.

Sangat menghemat tentunya dari sisi anggaran dan memindahkan biaya ke alokasi lain yang lebih penting. 

Saya tidak dapat memprediksi bagaimana tahun 2020, apa yang akan dilakukan ASUS Indonesia. Perusahaan lain juga hampir tiap bulan melakukan peluncuran. Mau tidak mau, strategi pemasaran juga harus diubah.

Meski imbasnya seperti yang terjadi di akhir tahun ini, saya harus sadar diri bahwa hidup memang tidak kekal abadi. Dunia terus berubah dan sangat cepat. Tidak efektif, ganti yang lebih kreatif.

...

Dejavu lagi tentang bagaimana kehilangan itu tidak mengenakkan. Karena sudah belajar dari pengalaman, tentu saya tau apa yang harus dipersiapkan.

Rasa khawatir biasa terjadi dan saya hanya ingin berbicara tentang ini di sini. Tahun depan, apakah akan datang penuh kejutan atau sebaliknya. Pergi dengan kenangan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya