Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Bertahan


[Artikel 60#, kategori motivasi] Saya percaya bahwa bertahan adalah cara terbaik menunggu momen yang lebih baik. Meski melelahkan, lapar dan menyakitkan, bertahan membuat kita memiliki harapan. Apakah kamu pernah mengalaminya.

Siang ini, setelah bertemu dengan pemasar hotel, saya tidak ingin pulang ke rumah. Ada acara lagi dan lokasinya sedikit dekat ketimbang harus pulang. Namun saya harus menunggu beberapa jam lagi untuk pergi ke acara.

Belajar menghadapi masalah

Bertahan mengorbankan banyak hal seperti yang saya rasakan. Lapar yang memanggil-manggil dompet, padahal harus hemat. Buang-buang waktu produktif, padahal waktu adalah uang. 

Meski begitu, saya seperti belajar untuk menghadapi situasi lain di masa depan. Mungkin saja masalah yang berat atau sebaliknya. Dan saya hanya perlu bertahan hingga sampai selesai

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya