Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Mengambil Tanggung Jawab


[Artikel 59#, kategori motivasi] Tidak banyak orang, mungkin kamu juga tidak akan mau bila mengambil sebuah tanggung jawab yang membuat akhirnya menjadi beban. Padahal persoalan diri saja masih kompleks, masih harus berpikir tentang tanggung jawab.

Perdebatan pagi antara saya dan adik saya hari ini rasanya tidak akan usai bila saling menyalahkan keadaan. Padahal, tinggal mengambil tanggung jawab saja untuk menyelesaikannya.

Setelah mengakhiri percakapan lewat pesan media sosial, saya memikirkan kembali diri saya yang saat ini juga banyak mengambil tanggung jawab.

Kalau bukan kita, siapa lagi

Di rumah yang saya tinggali, rumah keluarga, ada beberapa laki-laki yang tinggal. Si tuan rumah tentu saja dan satu lagi si Amir yang kini bekerja.

Kalau saya mengikuti ego, saya tidak ingin terlalu jadi orang yang terlihat rajin. Saya ingin seperti mereka. Bangun siang, tidak ngapa-ngapain dan rajin saat benar-benar harus rajin (semisal disuruh atau karena kondisinya memang harus).

Saya bukan membenci mereka atau menyalahkan kodrat saya di rumah ini. Tapi kalau tidak ada satu pun yang mengambil inisiatif, tentu saja kondisi rumah tidak nyaman.

Saya mengambil tanggung jawab itu tanpa perlu harus menyalahkan dan menyudutkan siapa pun. Selama bisa saya lakukan, maka saya kerjakan. Dan bila tidak, saya tidak akan memaksa diri.

Beban harus dipikul

Mengambil tanggung jawab itu berarti ada beban yang dipikul. Wajar saja dan itu hal biasa. Seberapa berat, tergantung kita cara memandangnya.

dotsemarang adalah salah satu bagian penting dalam perjalanan hidup saya di Semarang. Orang-orang mungkin saja terus mengingat nama ini atau sengaja melupakan.

Saya tahu, banyak kondisi dan alasan untuk itu. Yang saya tahu, saya harus mengambil tanggung jawab menjaga nama dotsemarang tetap hidup.

Itu beban sebenarnya. Apalagi bicara masa depan tanpa ada banyak bantuan. Saya tidak menyalahkan siapapun atau nasib saya. Saya hanya melakukan saja. Tidak penting seberapa berat beban itu. Yang pasti saya menikmatinya.

Jadi, jangan menyalahkan siapa pun. Bila bisa diambil, ambil saja. Kalau tidak, ya biarlah.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya