Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Mengambil Tanggung Jawab


[Artikel 59#, kategori motivasi] Tidak banyak orang, mungkin kamu juga tidak akan mau bila mengambil sebuah tanggung jawab yang membuat akhirnya menjadi beban. Padahal persoalan diri saja masih kompleks, masih harus berpikir tentang tanggung jawab.

Perdebatan pagi antara saya dan adik saya hari ini rasanya tidak akan usai bila saling menyalahkan keadaan. Padahal, tinggal mengambil tanggung jawab saja untuk menyelesaikannya.

Setelah mengakhiri percakapan lewat pesan media sosial, saya memikirkan kembali diri saya yang saat ini juga banyak mengambil tanggung jawab.

Kalau bukan kita, siapa lagi

Di rumah yang saya tinggali, rumah keluarga, ada beberapa laki-laki yang tinggal. Si tuan rumah tentu saja dan satu lagi si Amir yang kini bekerja.

Kalau saya mengikuti ego, saya tidak ingin terlalu jadi orang yang terlihat rajin. Saya ingin seperti mereka. Bangun siang, tidak ngapa-ngapain dan rajin saat benar-benar harus rajin (semisal disuruh atau karena kondisinya memang harus).

Saya bukan membenci mereka atau menyalahkan kodrat saya di rumah ini. Tapi kalau tidak ada satu pun yang mengambil inisiatif, tentu saja kondisi rumah tidak nyaman.

Saya mengambil tanggung jawab itu tanpa perlu harus menyalahkan dan menyudutkan siapa pun. Selama bisa saya lakukan, maka saya kerjakan. Dan bila tidak, saya tidak akan memaksa diri.

Beban harus dipikul

Mengambil tanggung jawab itu berarti ada beban yang dipikul. Wajar saja dan itu hal biasa. Seberapa berat, tergantung kita cara memandangnya.

dotsemarang adalah salah satu bagian penting dalam perjalanan hidup saya di Semarang. Orang-orang mungkin saja terus mengingat nama ini atau sengaja melupakan.

Saya tahu, banyak kondisi dan alasan untuk itu. Yang saya tahu, saya harus mengambil tanggung jawab menjaga nama dotsemarang tetap hidup.

Itu beban sebenarnya. Apalagi bicara masa depan tanpa ada banyak bantuan. Saya tidak menyalahkan siapapun atau nasib saya. Saya hanya melakukan saja. Tidak penting seberapa berat beban itu. Yang pasti saya menikmatinya.

Jadi, jangan menyalahkan siapa pun. Bila bisa diambil, ambil saja. Kalau tidak, ya biarlah.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Piala Usia U-23: Timnas Untuk Pertama Kalinya Kalahkan Korea Selatan