Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Libur Kerja, Milih Tidur Seharian


[Artikel 22#, kategori Amir] Orang-orang yang punya tanggung jawab, saya pikir tidak akan melakukannya. Namun sebaliknya. Karena alasan keadaan, terkadang dibenarkan. Saya menunggu apa yang dilakukannya setelah ia mendapat libur dari aktivitas pekerjaannya.

Berangkat pagi, pulang malam, hampir setiap hari adalah rutinitas yang dilakukannya sekarang setelah sukses mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang begitu mudah didapatkan bagi lulusan sarjana.

Dia begitu sibuk, sampai lupa ia tidak tinggal di rumah sendiri atau kamar kos. Kenyataannya seolah lupa daratan. Jiwa saya berontak, saya bukan pembantunya.

Ketika mendapat jatah libur, saya menunggu gebrakannya untuk menghargai ia bukanlah pemilik rumah yang menghargai filosofi dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Awal-awal masih diingatkan, ia melakukannya. Membersihkan rumah dan aktivitas lain. Semakin ke sini, ia melupakannya dan memilih tidur panjang.

Entah apakah dia mendadak lupa ingatan atau memang senang melupakan. Saya tahu bahwa orang ini di masa depan tidak akan baik bila belangnya ketahuan.

...

Saya diam, saya tidak peduli dan membiarkan. Banyak hal lebih berguna untuk dilakukan ketimbang memikirkan orang lain. Waktu jadi tidak terbuang dan tenaga masih banyak tersimpan.

Saya harap dia di masa depan tidak menyesal karena kelakuannya sendiri.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya