Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Sangat Menyenangkan Futsal Di Awal Bulan November


[Artikel 43#, kategori futsal] Habis gelap, terbitlah terang. Seperti itu ungkapan futsal jumat awal bulan November ini, mengingat jumat sebelumnya benar-benar tidak diharapkan. Jumlah pemain kali ini lebih banyak, dan yang terpenting, saya sangat menikmatinya.

Saya memulai pertandingan dari posisi kiper. Saya tahu, banyak kesempatan untuk mendapatkan posisi selain menjaga gawang. Namun tidak banyak pemain yang mengambil posisi ini karena semua ingin bermain dengan posisi favoritnya.

Itu tidak salah. Saya hanya perlu menikmati saja dan tidak membebani diri. Menjadi kiper, saya masih bisa mencetak gol. Ya meski itu rawan kebobolan karena meninggalkan posisi.

Dua pemain pengubah ritme permainan

Saya tidak menyangka hari ini saya benar-benar menikmati permainan. Apalagi kehadiran dua pemain yang salah satunya sebenarnya saya hapal wajahnya. Sedangkan satunya, saya lupa.

Keduanya memberi tekanan hebat pada penjaga gawang lawan. Tendangan mereka sangat kencang dari luar kotak pinalti. Saya pikir dengan mereka, ada alasan mencetak gol tidak melulu harus dari dalam kotak pinalti atau dekat gawang.

Saat pertandingan berikutnya, saya mengambil posisi berbeda. Itu semacam bayaran saya karena berposisi kiper dan dua kali bermain jadinya.

Bermain dengan kedua pemain yang saya kagumi dari awal pertandingan benar-benar saya nikmati. Operan bola mengalir indah dan gol-gol tercipta dari kaki mereka.

Bila mereka saja bisa mencetak gol, maka saya pun ikut ambil bagian dari pesta. Gol yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. sebuah umpan manis, tanpa perlu berpikir panjang untuk menahan di kaki, langsung saya hempaskan dengan kaki kiri. Wusshh..gol.

Video di bawah ini saya bawa dari rekaman mas Adit, salah satu rekan bermain yang berposisi pemain depan. Saya dan Dia setiap ada kesempatan selalu merekam jalannya pertandingan kami.

Untunglah baik, karena bila nggak, saya bisa ditagih royalti dari videonya haha.. Terima kasih, mas Adit.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya