Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Jumat Terakhir Bulan Oktober, Futsal Sepi dan Akhirnya Menyerah


[Artikel 42#, kategori futsal] Kejadian ini kembali dirasakan. Tidak banyak yang datang dan itu pun, pada telat datang. Apakah karena akhir bulan atau memang sedang sibuk. Sama seperti tahun lalu di bulan yang sama. Saya baru menyadarinya dari postingan sebelumnya.

Jumat, 25 Oktober,  saya sudah tiba sebelum jam 7 malam. Lapangan masih dipakai. Orang-orang masih semangat menendang dan berlari.

Sambil nunggu yang lain datang, waktu tanpa sadar terus berjalan. Orang-orang di dalam lapangan sudah pergi. Ini seharusnya saya masuk ke dalam lapangan.

Tidak ada firasat bahwa yang datang hari ini sedikit. Mengingat jam karet sudah menjadi virus bagi siapa saja. Memaklumi adalah harga yang wajar bila melihat profil pemain yang banyak pekerja.

Menyerah

Orang-orang yang ditunggu tak kunjung datang. Jam sudah lewat 30 menit dari waktu jadwal bermain. Masih optimis untuk bermain di awal-awal.

Saya baru mengerti bahwa futsal adalah banyak melakukan pergantian pemain dalam pertandingan. Bisa keluar diganti hanya hitungan menit, dan kemudian masuk lagi. Seterusnya begitu.

Untungnya banyak pemain banyak di lapangan untuk sekedar bermain, kita dapat menginstirahatkan tubuh. Silih berganti bermain meski bukan seperti pertandingan futsal sebenarnya.

Sayangnya kali ini, stok pemain sangat terbatas. Benar-benar ngepress. Dengan sisa waktu masih 1 jam setengah, kami terpaksa menyerah. Kami kalah dan membiarkan 30 menit tersisa tidak digunakan.

Tubuh sangat lelah karena tidak ada pengganti. Dipaksakan hanya yang ada sebuah keterpaksaan dan terlihat bodoh di dalam lapangan.

Begitulah cerita jumat ini. Saya berharap jumat depan yang jatuh tanggal 1 November, semua orang bisa datang. Mari bersenang-senang sambil memberi nutrisi pada tubuh agar sehat selalu.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh