Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Sampah di Lapangan Futsal


[Artikel 38#, kategori futsal] Entah apa yang dipikirkan orang-orang yang bermain di lapangan futsal ini. Meninggalkan sampah dan tidak membersihkannya. Apakah ini kebiasaan atau bawaan? Saya sangat risih melihatnya, mengingat pengguna berikutnya adalah saya dan teman-teman.

Mungkin ini yang disebutkan di media sosial, bicara peduli lingkungan hanya di saat sedang aktif di medsos. Di lapangan, tindakannya sama saja.

Jumat, minggu awal bulan Agustus, pemandangan sampah di lapangan semakin rutin saya lihat. Tim yang bermain sebelum tim saya bermain semenjak rutin bermain, selalu meninggalkan sisa-sisa seperti sedotan, gelas air plastik dan bahkan kulit jeruk.

Saya tidak berpikir bahwa semua di dalam lapangan adalah jahat. Saya hanya mengkritisi kebiasaan yang meninggalkan sisa-sisa barang itu saja. Apalagi pengurus yang memang tidak membersihkan dulu di dalam lapangan.

Apakah itu kebiasaan atau bawaan?

Dilema ini tidak akan berakhir bila saya hanya bicara di dalam pikiran saja atau menuliskan ini. Setelah bermain, saya membersihkannya. Meski tidak semua area, saya tidak ingin juga setelah kami bermain, saya dan tim dicap juga sebagai biangnya membuang sampah sembarangan.

Bila bicara kebiasaan, tentunya dapat diubah. Itu dengan niat kuat. Namun bila kebiasaan itu sudah mendarah daging, maka bakalan sulit.

Bawaan, entah kenapa ini bakal jadi sedikit negatif. Sikap bawaan lebih sulit diubah. Bagaimanapun diberitahu, atau budaya hingga peraturan yang ditawarkan, prilakunya sulit sekali menjadi lebih baik.

Saya mengingat seseorang yang hidup dengan bawaan. Padahal sudah jelas budayanya ada, dan peraturannya tertulis. Tetap saja bebal.

Saya tidak akan bicara kepada mereka, karena saya tahu itu hanya akan sia-sia. Sebisa mungkin saya berbicara lewat tindakan. Selama saya tidak kelelahan setelah bermain, saya pasti bersihkan sisa-sisa bawaan orang-orang yang bermain sebelum kami.

...

Mungkin saja, di masa depan oleh pengurus lapangan dibuatkan pengumuman tertulis untuk tidak meninggalkan sampah di dalam lapangan.

Jangan biarkan kenyamanan membuat orang lain yang kena dampaknya yang malah berpikir sebaliknya. Menjadi lebih baik, tentu saja harus dilakukan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh