Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Penghuni Baru


[Artikel 4#, kategori rumah] Saya jadi dejavu ketika keadaan yang pernah saya alami, saat memutuskan tinggal di Semarang, kini terjadi pada seseorang yang keadaannya sama seperti saya. Bedanya, ia adalah perempuan. Apakah ini berarti ada kesegaran di padang pasir?

Beberapa hari setelah Idul Adha, sosok baru yang sebelumnya sudah datang ke Semarang ini akhirnya benar-benar tinggal di rumah.

Dari sisi penghuni, tentu ini bagus seharusnya. Rumah tidak melulu hanya didominasi penghuni lama yang salah satunya ada saya di sana.

Apalagi penghuni baru ini bagian dari keluarga si pemilik rumah. Menerima saja jadinya, tanpa pikir panjang karena keputusan juga bukan saya yang pegang.

Dejavu

Bila saya ibaratkan cerita dalam komik online sebagai tokoh pria, maka kali ini kebalikannya. Penghuni baru ini adalah tokoh perempuannya.

Akhir-akhir ini memang saya lebih menyukai komik ketimbang drama Korea. Jadi jangan heran, saya menyambungkan cerita ini ke sana (komik).

Keadannya hampir mirip. Datang ke Semarang dengan tujuan pendidikan. Masih semangat 45 dan biasanya dalam benak pikiran, ada misi untuk membanggakan orang tua dan orang-orang yang mendorong untuk lebih tinggi dalam bermimpi.

Saya tahu itu, karena mengalaminya. Bila saya adalah tokoh gagal, saya berharap dia tidak seperti saya. Meratapi nasib selalu dengan tulisan.

*Selamat datang penghuni baru. Semoga kita semua jadi akrab di masa depan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya