Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pekan Kedua Liga Inggris, Ditahan Imbang Wolves dan Kisah Pogba


[Artikel 85#, kategori MU] Kemenangan pekan pertama akhirnya disambut dengan akhirnya saya menonton full pekan kedua, Selasa dini hari (20/8). Namun sayangnya, hasil yang diperoleh malah seri. Apakah karena saya? Atau Paul Pogba yang gagal cetak gol dari titik pinalti? Ada-ada saja.

Euforia kemenangan Manchester United di pekan pertama seharusnya berdampak pada pekan kedua. Sebagai fans, tentu berpikir ke sana. Apalagi lawannya bukan top 5 besar tim Liga Inggris.

Martial memberi harapan besar dengan golnya babak pertama. Mungkin babak kedua, tim lebih banyak mencetak gol.

Pogba dan rasis

Saat harapan itu kandas, lawan mencetak gol, ada satu harapan lagi untuk membawa 3 poin dari kandang Wolves. Sebuah keputusan wasit dengan menunjuk kotak pinalti. Paul Pogba menjadi algojo dan semua harap-harap cemas.

Dan tidak!
Bola berhasil ditepis kiper. Dan di sinilah nama Pogba lebih banyak dibicarakan ketimbang hasil yang diperoleh tim (saking biasanya).

Hingga pertandingan usai, skor tidak berubah menjadi 1-1. Kegagalan ini kembali menandakan bahwa setiap tim bermain di kandang Wolves selalu kesulitan.

Pogba, tentu saja dicibir. Saya pikir netizen di Indonesia saja yang keras dengan komen-komennya di medsos. Ternyata kegagalan Pogba berbuntut panjang. Banyak yang berkomentar rasis di media sosial. Begitulah era sekarang.

Selain Pogba yang jadi kambing hitam, meski begitu para pemain banyak yang mengecam, keputusan pelatih juga dipertanyakan.

Menit 80 baru memasukkan pemain pengganti. Sangat terlambat untuk mengubah jalannya pertandingan. Di sini, saya juga merasa kecewa. Biasanya era Alex Ferguson, menit 70 adalah waktu yang saya nanti. Siapa pemain pengganti yang masuk.

...

Begitulah pertandingan. Kesalahan sekecil apapun di era sekarang berdampak besar, khususnya di media sosial. Bagaimana cara tim menangani adalah solusi terbaik buat masa depan pemain lainnya.

Dengan skor seri 1-1 ini, Manchester United berada di posisi ke-4. Liverpool paling atas, diikuti Arsenal dan Manchester City.

Pertandingan berikutnya, tim melawan Crystal Palace hari Sabtu (24/8) jam 9 malam.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya