Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pekan Kedua Liga Inggris, Ditahan Imbang Wolves dan Kisah Pogba


[Artikel 85#, kategori MU] Kemenangan pekan pertama akhirnya disambut dengan akhirnya saya menonton full pekan kedua, Selasa dini hari (20/8). Namun sayangnya, hasil yang diperoleh malah seri. Apakah karena saya? Atau Paul Pogba yang gagal cetak gol dari titik pinalti? Ada-ada saja.

Euforia kemenangan Manchester United di pekan pertama seharusnya berdampak pada pekan kedua. Sebagai fans, tentu berpikir ke sana. Apalagi lawannya bukan top 5 besar tim Liga Inggris.

Martial memberi harapan besar dengan golnya babak pertama. Mungkin babak kedua, tim lebih banyak mencetak gol.

Pogba dan rasis

Saat harapan itu kandas, lawan mencetak gol, ada satu harapan lagi untuk membawa 3 poin dari kandang Wolves. Sebuah keputusan wasit dengan menunjuk kotak pinalti. Paul Pogba menjadi algojo dan semua harap-harap cemas.

Dan tidak!
Bola berhasil ditepis kiper. Dan di sinilah nama Pogba lebih banyak dibicarakan ketimbang hasil yang diperoleh tim (saking biasanya).

Hingga pertandingan usai, skor tidak berubah menjadi 1-1. Kegagalan ini kembali menandakan bahwa setiap tim bermain di kandang Wolves selalu kesulitan.

Pogba, tentu saja dicibir. Saya pikir netizen di Indonesia saja yang keras dengan komen-komennya di medsos. Ternyata kegagalan Pogba berbuntut panjang. Banyak yang berkomentar rasis di media sosial. Begitulah era sekarang.

Selain Pogba yang jadi kambing hitam, meski begitu para pemain banyak yang mengecam, keputusan pelatih juga dipertanyakan.

Menit 80 baru memasukkan pemain pengganti. Sangat terlambat untuk mengubah jalannya pertandingan. Di sini, saya juga merasa kecewa. Biasanya era Alex Ferguson, menit 70 adalah waktu yang saya nanti. Siapa pemain pengganti yang masuk.

...

Begitulah pertandingan. Kesalahan sekecil apapun di era sekarang berdampak besar, khususnya di media sosial. Bagaimana cara tim menangani adalah solusi terbaik buat masa depan pemain lainnya.

Dengan skor seri 1-1 ini, Manchester United berada di posisi ke-4. Liverpool paling atas, diikuti Arsenal dan Manchester City.

Pertandingan berikutnya, tim melawan Crystal Palace hari Sabtu (24/8) jam 9 malam.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh