Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Pekan Kedua Liga Inggris, Ditahan Imbang Wolves dan Kisah Pogba


[Artikel 85#, kategori MU] Kemenangan pekan pertama akhirnya disambut dengan akhirnya saya menonton full pekan kedua, Selasa dini hari (20/8). Namun sayangnya, hasil yang diperoleh malah seri. Apakah karena saya? Atau Paul Pogba yang gagal cetak gol dari titik pinalti? Ada-ada saja.

Euforia kemenangan Manchester United di pekan pertama seharusnya berdampak pada pekan kedua. Sebagai fans, tentu berpikir ke sana. Apalagi lawannya bukan top 5 besar tim Liga Inggris.

Martial memberi harapan besar dengan golnya babak pertama. Mungkin babak kedua, tim lebih banyak mencetak gol.

Pogba dan rasis

Saat harapan itu kandas, lawan mencetak gol, ada satu harapan lagi untuk membawa 3 poin dari kandang Wolves. Sebuah keputusan wasit dengan menunjuk kotak pinalti. Paul Pogba menjadi algojo dan semua harap-harap cemas.

Dan tidak!
Bola berhasil ditepis kiper. Dan di sinilah nama Pogba lebih banyak dibicarakan ketimbang hasil yang diperoleh tim (saking biasanya).

Hingga pertandingan usai, skor tidak berubah menjadi 1-1. Kegagalan ini kembali menandakan bahwa setiap tim bermain di kandang Wolves selalu kesulitan.

Pogba, tentu saja dicibir. Saya pikir netizen di Indonesia saja yang keras dengan komen-komennya di medsos. Ternyata kegagalan Pogba berbuntut panjang. Banyak yang berkomentar rasis di media sosial. Begitulah era sekarang.

Selain Pogba yang jadi kambing hitam, meski begitu para pemain banyak yang mengecam, keputusan pelatih juga dipertanyakan.

Menit 80 baru memasukkan pemain pengganti. Sangat terlambat untuk mengubah jalannya pertandingan. Di sini, saya juga merasa kecewa. Biasanya era Alex Ferguson, menit 70 adalah waktu yang saya nanti. Siapa pemain pengganti yang masuk.

...

Begitulah pertandingan. Kesalahan sekecil apapun di era sekarang berdampak besar, khususnya di media sosial. Bagaimana cara tim menangani adalah solusi terbaik buat masa depan pemain lainnya.

Dengan skor seri 1-1 ini, Manchester United berada di posisi ke-4. Liverpool paling atas, diikuti Arsenal dan Manchester City.

Pertandingan berikutnya, tim melawan Crystal Palace hari Sabtu (24/8) jam 9 malam.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng