Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Gagal Lolos Semifinal Liga Champions 2019


[Artikel 82#, kategori MU] Sangat tidak nyaman menulis akhir-akhir ini, terutama Manchester United. Kekalahan demi kekalahan mengubur semua impian kala Ole resmi menjadi pelatih. Apakah yang terjadi pada tim? Bertandang ke markas Barcelona, tim diajarin bermain seperti apa mental juara.

Rabu dini hari (17/4), semua berpikir ada harapan dapat membalikkan skor seperti yang terjadi melawan PSG. Nyatanya malah dibantai dengan skor  3-0. Messi dua gol dan satunya Coutinho.

De Gea paling disorot kali ini karena gol kedua Messi sangat mudah ditangkap tapi gagal dalam pelukan. Bola terus meluncur ke arah gawang.

Mari intip videonya saja berikut ini. Saya gagal membuat live tweet setelah Messi mencetak gol pertamanya.


Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya