[Artikel 102#, kategori blogger] Mau tidak mau, dunia yang saya hadapi sekarang terus semakin maju. Saya harus bersikap realistis dan menerima, meski dalam hati tidak terima. Kenyataannya demikian, dan keadaan akhirnya juga yang memaksa untuk bersikap 'mau tidak mau'.
Beberapa bulan lalu, sebuah pesan datang sebelum esok diadakan acara yang mengundang para pemilik blog. Salah satu pemilik blog yang saya kenal bertanya dengan menjabarkan alasan bahwa pertanyaan itu bukan datang darinya, tapi teman yang berencana hadir. Apakah acara besok ada duitnya?
Keadaan yang sebenarnya sudah biasa dan lebih parah dari ini, tapi baru kali ini yang bertanya demikian, membuat saya seolah terpana sesaat. Kemudian hening beberapa detik, lalu berteriak memaki-maki tapi hanya di dalam hati.
Setelah tenang, saya harus bersikap bahwa itu sudah lumrah dan pembuat konten sudah seharusnya dibayar. Apalagi brand yang mengajak acara juga punya nama besar. Ini percakapan saya yang masih saya ingat sampai sekarang.
Tidak tahu, apakah itu ada duitnya atau tidak.
Apalagi acara juga baru esok.
Analisis saya mengatakan esok itu tidak ada duitnya sepertinya.
Tapi sebagai pemilik blog, saya memikirkan konten yang menarik untuk dibawa ke blog saya (semacam meyakinkan agar tidak terlalu jadi kapitalis).
Dan benar acara esok harinya, ia tidak datang. Saya tidak membenci sikapnya yang terang-terangan bertanya kepada saya. Saya sadar, ini sudah eranya. Dan itu wajar.
Kenyataan yang terus akan dihadapi
Saya mengerti bahwa seolah saya lebih berarti atau lebih tinggi bicara ini dari sudut pandang saya yang sudah lama menggeluti dunia perblogeran.
'Dunia yang saya hadapi sekarang, sudah tidak sesederhana lagi.'
Bukan-bukan. Saya hanya menceritakan bahwa dunia yang saya terus percayai ini sudah tidak sesederhana seperti dulu lagi.
Membuat konten dengan mengeluarkan segala pemikiran dan tenaga hingga materi (menuju lokasi semisalnya butuh bensin) sudah seharusnya dibayar alias dihargai.
Berkarya di era sekarang butuh biaya. Mau jadi apa kalau terus-terusan diminta datang dan gratis. Padahal saluran-saluran yang dibangun (baca media sosial) melalui waktu yang panjang dan uang yang tidak sedikit untuk mengisi kuota internet, beli kopi, tiketing, bensin dsb.
Mau bicara menjadi orang baik, tidak mudah tentunya sekarang. Bila ada pun, hanya sebuah tepukan tangan dan kata hormat yang tidak mengenyangkan (keuangan).
Perjalanan yang penting
Buat saya pengalaman ini adalah perjalanan penting bagaimana jalan yang sudah dirintis sudah tidak sepi lagi dari orang-orang.
Saking banyaknya, bahkan datang dengan beragam cara (sifat, rasa dan sudut pandang), jalanan yang dulu tinggal jalan, tidaklah mudah sekarang. Toilet aja bayar, masa pekerjaan tidak mau dibayar.
...
Saya adalah bagian dari sejarah panjang bagaimana perblogeran tanah air dari awal saya kenal lewat kendaraan yang bernama dotsemarang.
Saya hanya bisa menuliskan untuk diceritakan. Bukan untuk menjadi bahwa saya paling benar atau merusak sebuah hubungan. Sekali lagi ini lumrah dan hanya sebagian kecil saja.
Saya percaya, masih banyak orang baik di luar lingkaran saya pastinya. Dan saya juga harus sudah memikirkan untuk tidak selalu menjadi baik, datang dan sekedar mengejar konten.
Artikel terkait :
gabung dengan media mainstream kak, sebagai peliput. Hobi tetep tersalurkan, materi tetep terjamin
BalasHapusKok nyuruh gabung, bukannya selama ini aku sama mereka. Intinya ini itu ada beberapa bloger yang melakukan hal ini. Dan ini terjadi di tahun 2019. Soal materi, gak usah dipikirkan. Malah aku berharap kamu seperti yang dulu
Hapus