Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Lebaran, Futsal Libur


[Artikel 35#, kategori futsal] Hari ketiga lebaran, hari Jumat, futsal masih libur. Bukan saja tidak mungkin untuk kembali ke lapangan malam ini. Kondisi stadion futsal pun libur. Memaklumi ini memang rasanya membuat cemburu. Apalagi orang-orang yang sudah kembali bekerja. Atau mereka tidak libur (mal dan minimarket).

Ketika merasa hidup menyebalkan, lihatlah orang-orang yang lebih menderita. Mereka tidak dapat menentukan hidup diri mereka sendiri karena sudah terikat kontrak. Mengeluh, sama saja mengakhiri cicilan yang sudah diambil yang harus dibayar tiap bulan dari gaji mereka.

Dua minggu sudah saya tidak bermain futsal. Satu sisi sebenarnya dapat menghemat pengeluaran untuk membayar iuran sekali main. Tapi sisi lain, ada emosi yang harus saya keluarkan.

Dalam beberapa kali kesempatan, perjalanan hidup terus mengarahkan saya untuk terus belajar ketika menghadapi kekesalan, kemarahan atau perasaan tidak menyenangkan.

Bertahanlah! Begitu pikiran saya mencoba mengontrol tubuh saya.
Karena dengan bertahan, akan datang kesempatan untuk keluar dari semua itu.

Hari ini saya bisa makan enak, mewah bahkan sangat lezat saat datang di sebuah acara. Esok harinya, saya kembali menjadi manusia yang mengandalkan nasi adalah segalanya meski tidak ada lauk sekalipun.

Waktu terus berputar, tak mungkin selalu ada dibawah. Libur futsal kali ini memang cukup lama, namun saya harus memahami semua kondisi yang ada.

Jumat depan, saya akan melepaskan semua perasaan saya yang terbenam selama libur. Saya ingin bermain dan bermain.

Apakah kamu mau menemani?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile