Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Lebaran, Futsal Libur


[Artikel 35#, kategori futsal] Hari ketiga lebaran, hari Jumat, futsal masih libur. Bukan saja tidak mungkin untuk kembali ke lapangan malam ini. Kondisi stadion futsal pun libur. Memaklumi ini memang rasanya membuat cemburu. Apalagi orang-orang yang sudah kembali bekerja. Atau mereka tidak libur (mal dan minimarket).

Ketika merasa hidup menyebalkan, lihatlah orang-orang yang lebih menderita. Mereka tidak dapat menentukan hidup diri mereka sendiri karena sudah terikat kontrak. Mengeluh, sama saja mengakhiri cicilan yang sudah diambil yang harus dibayar tiap bulan dari gaji mereka.

Dua minggu sudah saya tidak bermain futsal. Satu sisi sebenarnya dapat menghemat pengeluaran untuk membayar iuran sekali main. Tapi sisi lain, ada emosi yang harus saya keluarkan.

Dalam beberapa kali kesempatan, perjalanan hidup terus mengarahkan saya untuk terus belajar ketika menghadapi kekesalan, kemarahan atau perasaan tidak menyenangkan.

Bertahanlah! Begitu pikiran saya mencoba mengontrol tubuh saya.
Karena dengan bertahan, akan datang kesempatan untuk keluar dari semua itu.

Hari ini saya bisa makan enak, mewah bahkan sangat lezat saat datang di sebuah acara. Esok harinya, saya kembali menjadi manusia yang mengandalkan nasi adalah segalanya meski tidak ada lauk sekalipun.

Waktu terus berputar, tak mungkin selalu ada dibawah. Libur futsal kali ini memang cukup lama, namun saya harus memahami semua kondisi yang ada.

Jumat depan, saya akan melepaskan semua perasaan saya yang terbenam selama libur. Saya ingin bermain dan bermain.

Apakah kamu mau menemani?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh