Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Lebaran, Futsal Libur


[Artikel 35#, kategori futsal] Hari ketiga lebaran, hari Jumat, futsal masih libur. Bukan saja tidak mungkin untuk kembali ke lapangan malam ini. Kondisi stadion futsal pun libur. Memaklumi ini memang rasanya membuat cemburu. Apalagi orang-orang yang sudah kembali bekerja. Atau mereka tidak libur (mal dan minimarket).

Ketika merasa hidup menyebalkan, lihatlah orang-orang yang lebih menderita. Mereka tidak dapat menentukan hidup diri mereka sendiri karena sudah terikat kontrak. Mengeluh, sama saja mengakhiri cicilan yang sudah diambil yang harus dibayar tiap bulan dari gaji mereka.

Dua minggu sudah saya tidak bermain futsal. Satu sisi sebenarnya dapat menghemat pengeluaran untuk membayar iuran sekali main. Tapi sisi lain, ada emosi yang harus saya keluarkan.

Dalam beberapa kali kesempatan, perjalanan hidup terus mengarahkan saya untuk terus belajar ketika menghadapi kekesalan, kemarahan atau perasaan tidak menyenangkan.

Bertahanlah! Begitu pikiran saya mencoba mengontrol tubuh saya.
Karena dengan bertahan, akan datang kesempatan untuk keluar dari semua itu.

Hari ini saya bisa makan enak, mewah bahkan sangat lezat saat datang di sebuah acara. Esok harinya, saya kembali menjadi manusia yang mengandalkan nasi adalah segalanya meski tidak ada lauk sekalipun.

Waktu terus berputar, tak mungkin selalu ada dibawah. Libur futsal kali ini memang cukup lama, namun saya harus memahami semua kondisi yang ada.

Jumat depan, saya akan melepaskan semua perasaan saya yang terbenam selama libur. Saya ingin bermain dan bermain.

Apakah kamu mau menemani?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya