Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kita Sangat Dekat, Tapi Tetap Berjarak


[Artikel 31#, kategori Cinta] Melihat tokoh anime yang sedang berpasangan namun tidak bisa bertemu, ada perasaan yang ingin disampaikan. Mengapa tidak bertemu saja. Padahal sangat dekat. Melihat dari bawah pepohonan di depan gedung, kenapa pasangannya mengacuhkannya.

Kekuatan cinta itu seharusnya luar biasa. Selalu ingin dekat dan bertemu. Ketika itu datang, rasa lelah dan tubuh yang tidak enak (sakit) dapat diberi dispensasi. 

Minggu pagi, ketika sebagian orang berkerumun di jalan, matahari memancarkan kehangatannya. Beberapa orang serius berolahraga, anak kecil tersenyum bahagia dengan mainannya dan sepasang kekasih asyik berselfie ria.

Saya duduk diseberang gedung menanti orang yang sangat dirindu. Akhirnya bisa ketemu di suasana car free day pikiran saya meronta-ronta yang membuat tokoh dalam anime terlihat pipinya yang memerah.

Saya tahu, ini tidak mudah. Dari perjalanan waktu menjalin hubungan, minggu pagi selalu butuh keyakinan untuk mengajaknya.

Kini, ia sangat dekat. Di depan mata. Saya menunggunya keluar. Pesan saya tidak dibalas sama sekali hingga saya akhirnya tahu bahwa keadaannyalah yang harus dimengerti. Ia lelah dan masih sibuk.

Saya pulang memendam perasaan dan tubuh yang super lelah. Saya lupa bahwa tubuh ini semalam sudah rubuh. Kekuatan cintalah yang membuat saya yakin dengan keadaan.

Roda berputar di atas jalanan tanpa berpikir lagi bahwa hari ini masih belum beruntung. Rindu masih terselip dalam pesan yang belum dibalas.

Dalam cerita anime, mungkin si pria akan berjuang menunggu. Tapi dalam cerita sesungguhnya, saya tidak mampu berjuang. Tubuh semakin lelah dan kasurlah tempat terbaik menuntaskan hari demi hari agar cepat kembali baik.

Dan saya tidak mengerti bahwa semenjak itu, prilaku saya berubah. Rindu yang membuncah, akhirnya berubah menjadi rasa bersalah.

Kita sangat, tapi mengapa masih selalu ada jarak.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya