Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kita Sangat Dekat, Tapi Tetap Berjarak


[Artikel 31#, kategori Cinta] Melihat tokoh anime yang sedang berpasangan namun tidak bisa bertemu, ada perasaan yang ingin disampaikan. Mengapa tidak bertemu saja. Padahal sangat dekat. Melihat dari bawah pepohonan di depan gedung, kenapa pasangannya mengacuhkannya.

Kekuatan cinta itu seharusnya luar biasa. Selalu ingin dekat dan bertemu. Ketika itu datang, rasa lelah dan tubuh yang tidak enak (sakit) dapat diberi dispensasi. 

Minggu pagi, ketika sebagian orang berkerumun di jalan, matahari memancarkan kehangatannya. Beberapa orang serius berolahraga, anak kecil tersenyum bahagia dengan mainannya dan sepasang kekasih asyik berselfie ria.

Saya duduk diseberang gedung menanti orang yang sangat dirindu. Akhirnya bisa ketemu di suasana car free day pikiran saya meronta-ronta yang membuat tokoh dalam anime terlihat pipinya yang memerah.

Saya tahu, ini tidak mudah. Dari perjalanan waktu menjalin hubungan, minggu pagi selalu butuh keyakinan untuk mengajaknya.

Kini, ia sangat dekat. Di depan mata. Saya menunggunya keluar. Pesan saya tidak dibalas sama sekali hingga saya akhirnya tahu bahwa keadaannyalah yang harus dimengerti. Ia lelah dan masih sibuk.

Saya pulang memendam perasaan dan tubuh yang super lelah. Saya lupa bahwa tubuh ini semalam sudah rubuh. Kekuatan cintalah yang membuat saya yakin dengan keadaan.

Roda berputar di atas jalanan tanpa berpikir lagi bahwa hari ini masih belum beruntung. Rindu masih terselip dalam pesan yang belum dibalas.

Dalam cerita anime, mungkin si pria akan berjuang menunggu. Tapi dalam cerita sesungguhnya, saya tidak mampu berjuang. Tubuh semakin lelah dan kasurlah tempat terbaik menuntaskan hari demi hari agar cepat kembali baik.

Dan saya tidak mengerti bahwa semenjak itu, prilaku saya berubah. Rindu yang membuncah, akhirnya berubah menjadi rasa bersalah.

Kita sangat, tapi mengapa masih selalu ada jarak.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh