Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Jalan Kaki dari Hotel New Puri Garden Ke Halte BRT Karangayu I


[Artikel 1#, kategori Dibalik Layar] Jarak antara hotel denga BRT adalah 1,5KM. Begitu angka yang dimasukkan dalam aplikasi Google Fit yang selalu mencatat aktivitas penggunanya. Kalau terbiasa, tentu ini terlihat biasa. Sebaliknya, jangan deh. Apalagi siang hari. 

Satu pengalaman yang mungkin menyebutnya tidak waras bagi sebagian kecil orang-orang yang dianggap normal. Apa yang saya lakukan tidak wajar sebenarnya menurut saya. Tapi banyak faktor juga yang mempengaruhi. Tidak mungkin ada sebab tanpa akibat dan sebaliknya.

Menghadiri acara

Satu hari sebelumnya saya diajak datang ke sebuah acara yang berhubungan dengan orang-orang pemandu wisata, Rabu (12/6). Ulasan acaranya bisa dilihat di sini.

Kali ini tidak menggunakan sepeda karena mepet waktunya. Persiapan saya sangat kurang hari itu. Naik bus Trans pun jadi andalan. Sesampainya di Halte Karangayu II, saya naik gojek sampai hotel New Puri Garden.

Awalnya saya pikir tidak ada media atau wartawan yang datang setelah beberapa jam mengikuti acara. Ternyata ada beberapa yang datang. 

Saya tak memikirkan itu, karena memang ini acara menarik. Bisa ikutan acara ini untuk bloger seperti saya sudah syukur. Dan ini juga kunjungan pertama ke hotel, siapa tahu dapat konten.

Makan siang yang rasanya sia-sia

Saya pamit pulang setelah acara. Karena diajak oleh seseorang, bukan dari panitia acara atau pihak terkait, makan siang adalah bayaran saya di sini yang duduk dari pagi hingga menjelang sore.

Itu wajar dan beberapa kali sering saya dapatkan hal seperti ini. Meski berharap juga, ada uang transport tapi sekali lagi, saya diajak seseorang. Tak terlalu memikirkan.

Isi dompet masih belum normal. Tidak mungkin pulang dengan transportasi online dari hotel ke rumah. Jalan satu-satunya adalah naik bus Trans Semarang.

Sayangnya halte yang paling dekat harus ditempuh kurang dari 200 meter dari lokasi hotel. Dan setelah sampai, bus yang ditunggu malah belum ada yang lewat.

Menunggu bus rasanya sia-sia di sini karena aksesnya terbatas. Mungkin halte yang berada di jalan utama, dekat Giant, setelah keluar gerbang Anjasmoro, bisa lebih banyak bus yang stop di sana.

Dan dimulailah jalan kaki itu yang menembus 1,5KM. Meski masih jam 3 kurang, matahari masih bersinar terang. Saya berpikir ini adalah latihan fisik dan terpaksa pasrah dengan makan siang tadi rasanya jadi sia-sia karena dibakar (kalori).

Dalam perjalanan saya sering menoleh ke belakang, semacam berharap seseorang. Tapi bukan orang sebenarnya, tapi bus yang datang. Kawasan Puri Anjasmoro saya melewati beberapa halte. Siapa tahu ada bus yang datang dan bisa naik.

Semua harapan itu sia-sia. Kaki saya tetap melangkah dan kemudian tiba di halte utama yang berada di jalan utama. Rasanya seperti menang lotera dengan sebuah kata, akhirnya.

Saya belajar lagi

Saya tidak tahu lagi, apa yang saya banggakan dari diri saya dengan menyebut diri sebagai bloger saat datang ke sini. Ulasan untuk acara sudah dikasih ke mereka, tapi cuma dapat makan siang.

Sama seperti wartawan, mereka juga menulis dan sudah menjadi berita. Bedanya, saya sangat jarang untuk wawancara karena prinsip bloger yang saya pegang adalah sudut pandang.

Dan ketika saya tahu media yang hadir dapat uang transport, saya seperti tokoh kartun dalam komik online yang mendadak diberi panah dengan tulisan 'Bodoh'. Dengan wajah lesu, saya terlihat bodoh lagi.

Bagi awak media, itu adalah wajar dan saya pikir seharusnya seperti itu karena mereka datang dan diundang pihak acara. Berbeda dengan saya meski caranya kurang lebih sama.

Saya belajar lagi hari ini. Pengalaman ini sangat berharga di masa depan ketika saya kembali membaca. Perjalanan menjadi pemilik blog dotsemarang itu tidak mudah. Ada makan siang gratis, tapi tidak ada ongkos untuk konten.

...

Ini adalah edisi 'behind the scene' atau dibalik layar postingan yang sudah dibuat. Saya mencintai konten dan membalas sikap orang yang baik terhadap saya dengan kebaikan pula. Namun terkadang, saya berharap lebih dihargai sebagai kreator konten.

Pembuat konten semacam bloger, memerlukan kenyamanan dalam beraktivitas untuk terus produktif. Dan itu sangat penting dalam perjalanan ke depan agar tidak mati (konten).

Artikel terkait :
  • Belum tersedia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh