Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Menjadi Bucin


[Artikel 30#, kategori Cinta] Sial! Seharusnya hari ini ( tanggal 1 Juni) saya merayakan 4 bulan berpacaran. Tapi karena kebodohan saya lagi, semua hanya tinggal kenangan. Mungkin ini yang terbaik buat kami. Karena tidak mungkin hubungan dapat awet jika selalu ingin dianggap benar semua.

Ketika mendengar istilah bucin, saya bingung. Apakah itu jenis makanan atau istilah baru yang sedang banyak dibicarakan anak muda. Untungnya, dia menjelaskan bahwa saya seperti budak cinta yang ternyata itu singkatan dari bucin.

Saya tidak tahu kenapa saya benar-benar jadi budak cinta dan mendengarkan dia begitu taatnya. Apakah sudah lama tidak memiliki pasangan atau dia adalah wanita terbaik yang datang di awal tahun ini.

Ia begitu sempurna. Dingin diawal pertemuan tapi hangat saat berpegang tangan (yaiyalah). Ia adalah wanita tercantik di dalam bus yang saat itu tidak pernah saya bayangkan akan menjadi teman duduk di dalam bioskop (kencan). Meski harus berkorban dikit karena saya sudah malas ke bioskop.

Sejak saat itu, saya memiliki seorang wanita yang dapat menggerakkan tubuh saya seperti anak kecil yang diperintah ibunya. Kasih sayang yang hilang selama ini, tiba-tiba datang kembali menawarkan pelukan yang saya sangat dambakan.

Menjadi bucin dengan kehujanan hanya untuk membeli makanan tak begitu saya pikirkan. Dia ibarat adalah ratu semut. Pasukannya tak boleh menolak jika masih ingin bersamanya. 

Menjadi bucin yang selalu pasrah ketika diputusin beberapa kali tidaklah begitu buruk. Mungkin hati saya sedang tertutup yang namanya cinta. Apa saja yang diperintahkan, selalu menurut.

Semua sikap masa lalu yang menjadikan cinta adalah kenikmatan hari ini seakan bertentangan dengan kisah saat bersamanya. Apalagi ketika sebuah ucapan tentang pernikahan diakhir tahun menjadi tantangan.

Kini, saya mengerti bahwa menjadi bucin tidak lah buruk buat saya. Meski akhirnya saya mencoba keluar dari sikap ini dan terus ingin kembali ke masa lalu, akhirnya menjadi begini.

Saya ingin didengar. Yang selama ini mendengar, saya coba katakan. 

Saya ingin dihargai. Yang selama ini harga diri tak penting selama bisa dekat dengannya.

Dan itulah kisah dari bucin yang mencoba berontak untuk jadi diri sendiri malah ditinggal pergi.

Sebuah pengalaman yang sangat penting dalam perjalanan menuju pernikahan. 

Mungkin saya tidak beruntung sekarang. Namun bila saya belum bisa menjadi diri sendiri hingga menikah,  bisa saja keputusan tidak bersama setelah menikah lebih menyakitkan lagi (cerai).

Saya ingin menjadi bucin lagi, tapi tetap dengan diri jati diri saya sendiri. 

Gambar : Ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh