Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Menjadi Bucin


[Artikel 30#, kategori Cinta] Sial! Seharusnya hari ini ( tanggal 1 Juni) saya merayakan 4 bulan berpacaran. Tapi karena kebodohan saya lagi, semua hanya tinggal kenangan. Mungkin ini yang terbaik buat kami. Karena tidak mungkin hubungan dapat awet jika selalu ingin dianggap benar semua.

Ketika mendengar istilah bucin, saya bingung. Apakah itu jenis makanan atau istilah baru yang sedang banyak dibicarakan anak muda. Untungnya, dia menjelaskan bahwa saya seperti budak cinta yang ternyata itu singkatan dari bucin.

Saya tidak tahu kenapa saya benar-benar jadi budak cinta dan mendengarkan dia begitu taatnya. Apakah sudah lama tidak memiliki pasangan atau dia adalah wanita terbaik yang datang di awal tahun ini.

Ia begitu sempurna. Dingin diawal pertemuan tapi hangat saat berpegang tangan (yaiyalah). Ia adalah wanita tercantik di dalam bus yang saat itu tidak pernah saya bayangkan akan menjadi teman duduk di dalam bioskop (kencan). Meski harus berkorban dikit karena saya sudah malas ke bioskop.

Sejak saat itu, saya memiliki seorang wanita yang dapat menggerakkan tubuh saya seperti anak kecil yang diperintah ibunya. Kasih sayang yang hilang selama ini, tiba-tiba datang kembali menawarkan pelukan yang saya sangat dambakan.

Menjadi bucin dengan kehujanan hanya untuk membeli makanan tak begitu saya pikirkan. Dia ibarat adalah ratu semut. Pasukannya tak boleh menolak jika masih ingin bersamanya. 

Menjadi bucin yang selalu pasrah ketika diputusin beberapa kali tidaklah begitu buruk. Mungkin hati saya sedang tertutup yang namanya cinta. Apa saja yang diperintahkan, selalu menurut.

Semua sikap masa lalu yang menjadikan cinta adalah kenikmatan hari ini seakan bertentangan dengan kisah saat bersamanya. Apalagi ketika sebuah ucapan tentang pernikahan diakhir tahun menjadi tantangan.

Kini, saya mengerti bahwa menjadi bucin tidak lah buruk buat saya. Meski akhirnya saya mencoba keluar dari sikap ini dan terus ingin kembali ke masa lalu, akhirnya menjadi begini.

Saya ingin didengar. Yang selama ini mendengar, saya coba katakan. 

Saya ingin dihargai. Yang selama ini harga diri tak penting selama bisa dekat dengannya.

Dan itulah kisah dari bucin yang mencoba berontak untuk jadi diri sendiri malah ditinggal pergi.

Sebuah pengalaman yang sangat penting dalam perjalanan menuju pernikahan. 

Mungkin saya tidak beruntung sekarang. Namun bila saya belum bisa menjadi diri sendiri hingga menikah,  bisa saja keputusan tidak bersama setelah menikah lebih menyakitkan lagi (cerai).

Saya ingin menjadi bucin lagi, tapi tetap dengan diri jati diri saya sendiri. 

Gambar : Ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh