Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Putus Episode 2


Kesempatan yang hinggap tak disia-siakan. Namun kembali berakhir pada malam kesunyian. Tubuh yang terasa sangat lelah setelah futsal, terlepas begitu saja isi pikiran. Kita lebih baik putus. Dan episode kedua kembali dimulai.

Jangan menekan wanita disaat tubuh terasa berat. Jangan memaksa disaat ia tidak suka. Dan jangan berkata yang tidak-tidak, nanti dia lebih galak. 

Rasanya waktu tidak berpihak pada pria masa lalu. Wanita sekarang memiliki kriteria tinggi untuk dirinya terasa nyaman dalam berhubungan dengan pasangan.

Sedikit kesalahan yang dianggap biasa oleh para pria masa lalu, baginya sebuah kutukan atau hujatan yang luar biasa.

Pikiran wanita

Putus..putus dan putus. Mereka tidak lelah mengatakan hal tersebut. Mereka menuruti ego dan perasaan yang mudah rapuh. Mereka melupakan prianya di tempat yang berbeda di satu waktu yang sama.

Wanita seolah memiliki pasukan dengan alat tempur yang melindungi. Sedikit celah saja terbuka dan itu mengancam, ia tak segan mengeluarkan peluru andalannya. PUTUS!

...

Episode dua ini memberikan pengalaman luar biasa. Ketika kamu berhadapan dengan wanita seperti ini, sebaiknya jangan dipaksa atau ditekan. 

Ucapan cinta dan perhatian yang kamu berikan setiap saat, belum tentu membuatnya berhenti mengancammu dengan kata 'putus'.

Apakah ini berarti, kami para pria menjadi penakut? Lemah atau hancurnya harga diri? Tergantung kamu berpikir tentang hubunganmu. Kamu ingin mempertahankan atau mempersilahkan egomu mengambil alih.

Jika kamu masih sayang, pertahankan. Lihat ke depan, apa yang kamu bayangkan. Apa harapanmu dan keinginan besarmu dengannya? 

Sebaliknya, jika kamu memilih meninggalkan, pikirkan dampaknya. Apakah ini benar saat meninggalkan karena sudah dua kali diputus. Bila itu benar, dan melihat kesalahannya sebagai kekuatan untuk pergi, baiklah. Mari pergi meninggalkan dirinya bersama egonya.

*8 Maret 2019

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya