Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Masalah Terbesar Orang Berpacaran Adalah Meributkan Hal-hal Kecil


[Artikel 24#, kategori Cinta] Saya ingin melihat dengan kedua mata saya bagaimana pasangan saya selingkuh, atau menemukan hubungan mesra dengan pria lain. Baik lewat chat maupun jejak digital lainnya. Tapi itu tidak mungkin, pasangan menyakinkan untuk selalu percaya kepadanya.

Keyakinan tersebut membuat hubungan dapat berjalan dengan baik. Tidak ada sikap ragu kepadanya, maupun hal-hal lain yang merugikan hubungan. Fix! Pria percaya dengan sikap wanitanya.

Tapi nyatanya, perjalanan waktu memberi pelajaran berharga bahwa hubungan saat menuju dewasa diberikan hambatan. Bukan soal apa yang dipikirkan pada paragraf pertama. Melainkan hal-hal kecil. Kadang nggak masuk akal, kadang pula di luar nalar.

Beberapa jam berbicara kasih sayang dengan emoticon love atau cinta-cintaan atau beberapa waktu penuh sikap mesra, tiba-tiba mendadak heboh dan saling diam-diaman.

Entah siapa yang memulai atau siapa yang salah, sikap dewasa di sinilah dipertanggung jawabkan. Mengikuti ego dengan kemarahan besar atau melupakan, karena itu tidak penting.

Berkali-kali terjadi hal serupa, berkali-kali minta maaf dan berkata tidak mengulangi. Dewasa sebuah hubungan memang tidak mudah, tapi kejadian itu kembali lagi.

Saya tidak tahu apakah hubungan ini tidak sehat atau berakhir menjadi penurut buat sebagian pria agar pasangan tidak marah. 

Yang saya rasakan adalah mengapa ini terjadi dan hal remeh itu kembali menjadi besar. Wanita memang sulit dimengerti, tapi cobalah melihat hubungan yang sudah dijalani.

Apakah semua waktu yang diberikan hanya berakhir oleh satu hal kecil karna ketidaksengajaan atau memang disengaja?

...

Membuat hubungan menjadi dewasa tidak mudah. Tapi melihat dari jauh, pertengkaran selama pacaran hanyalah bumbu untuk menyatukan kepingan puzzle-puzzle agar menjadi satu gambar besar.

Gambar besar itu adalah hubungan serius yang terikat. Pacaran putus, bisa disambung. Perkawinan putus, apakah yakin dapat dirajut ulang?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya