Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Trauma Ikutan Arung Jeram


Saya kekeh menolak ajakan dalam satu rangkaian acara yang saya ikuti bulan November 2018. Padahal itu seru dan mengasyikkan. Tapi saya benar-benar trauma. Tidak pokoknya. Maafkan saya yang tidak asyik orangnya.

Alasan terbesar saya adalah tidak bisa berenang. Dan lucunya, saya pernah ikutan sekali saat program Visit Jawa Tengah 2013, dimana saya diyakinkan bahwa tidak masalah waktu itu.

Oke, saya ikutan dan seru waktu itu dapat menjadi bagian program tersebut. Saya yang baru pertama kali mengikuti, minim pengalaman, mendadak di akhir lintasan arung jeram atau rafting, perahu yang dinaiki mendadak dibalik.

Saya lupa atau tidak ingat, bahwa ada hal seperti itu yang dilakukan. Saya panik. Mencari pijakan dan semenjak itu, saya berharap tidak akan mengikuti olahraga air ini.

Naik banana boat

Kejadian kembali terulang dan lagi-lagi saya diyakini bahwa naik seperti banana boat aman. Mungkin saya saja yang bodoh. Dan kesenangan di atas banan berubah drastis.

Bila rafting, perahu dibalik, maka banana diakhir malah dihempaskan (karena ditarik). Sontak saja semua berjatuhan. Dan lagi-lagi saya pemula dan mendadak panik di dalam air hanya untuk mencari pijakan.

Meski pelampung terikat sangat keras pada tubuh, namanya panik tidak bisa berpikir jernih. Maunya cari pijakan, yang tentu saja tidak dapat diraih.

Jadinya trauma

Dan saya merasakan trauma itu sekarang setiap diajak ikutan. Apapun alasannya, sampai kesel mendengarkan bullyan orang-orang yang membully peserta lain, saya ingin sekali nonjok tuh orang. Tapi itu cuma harapan, aslinya ya gak mau. Teman sendiri.

...

Mungkin lain ceritanya jika saya dapat informasi di awal dan mendapatkan tips agar tidak panik saat sedang naik perahu. 

Akhirnya, saya bergabung dengan beberapa orang yang tidak ikut arung jeram. Sambil menunggu mereka selesai. Meski sangat lama, saya setidaknya merasa nyaman tanpa ikutan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya