Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Trauma Ikutan Arung Jeram


Saya kekeh menolak ajakan dalam satu rangkaian acara yang saya ikuti bulan November 2018. Padahal itu seru dan mengasyikkan. Tapi saya benar-benar trauma. Tidak pokoknya. Maafkan saya yang tidak asyik orangnya.

Alasan terbesar saya adalah tidak bisa berenang. Dan lucunya, saya pernah ikutan sekali saat program Visit Jawa Tengah 2013, dimana saya diyakinkan bahwa tidak masalah waktu itu.

Oke, saya ikutan dan seru waktu itu dapat menjadi bagian program tersebut. Saya yang baru pertama kali mengikuti, minim pengalaman, mendadak di akhir lintasan arung jeram atau rafting, perahu yang dinaiki mendadak dibalik.

Saya lupa atau tidak ingat, bahwa ada hal seperti itu yang dilakukan. Saya panik. Mencari pijakan dan semenjak itu, saya berharap tidak akan mengikuti olahraga air ini.

Naik banana boat

Kejadian kembali terulang dan lagi-lagi saya diyakini bahwa naik seperti banana boat aman. Mungkin saya saja yang bodoh. Dan kesenangan di atas banan berubah drastis.

Bila rafting, perahu dibalik, maka banana diakhir malah dihempaskan (karena ditarik). Sontak saja semua berjatuhan. Dan lagi-lagi saya pemula dan mendadak panik di dalam air hanya untuk mencari pijakan.

Meski pelampung terikat sangat keras pada tubuh, namanya panik tidak bisa berpikir jernih. Maunya cari pijakan, yang tentu saja tidak dapat diraih.

Jadinya trauma

Dan saya merasakan trauma itu sekarang setiap diajak ikutan. Apapun alasannya, sampai kesel mendengarkan bullyan orang-orang yang membully peserta lain, saya ingin sekali nonjok tuh orang. Tapi itu cuma harapan, aslinya ya gak mau. Teman sendiri.

...

Mungkin lain ceritanya jika saya dapat informasi di awal dan mendapatkan tips agar tidak panik saat sedang naik perahu. 

Akhirnya, saya bergabung dengan beberapa orang yang tidak ikut arung jeram. Sambil menunggu mereka selesai. Meski sangat lama, saya setidaknya merasa nyaman tanpa ikutan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile