Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Notebook Lelet


Beberapa tahun lalu, memiliki sebuah laptop atau notebook adalah keharusan mengingat pekerjaan yang dihabiskan di sana. Beban kerja mungkin saat itu masih ringan. Hanya menulis dengan membuka situs blogger. Seiring waktu, Internet semakin kencang, notebook kok jadi lelet.

Tidak heran, brand seperti Asus terus meluncurkan produk anyarnya dalam rangka upgrade diri. Baik untuk calon konsumennya hingga konsumen setianya.

Saya sendiri yang berada diantara tengahnya, malah sudah sering memegang saat acara launching. Sudah membaca spesifikasi dan tertegun melihat harga yang disodorin lewat kiriman rilis ke email dotsemarang.

Anehnya, saya belum memiliki laptop atau notebook dengan merek Asus yang selama ini sangat dekat dengan saya. Pertimbangannya mungkin karen harganya yang nggak masuk akal untuk saya.

Beban kerja 

Kembali ke ruangan saya di mana saya sedang bekerja dengan perangkat jinjing saya. Pekerjaannya tak jauh beda sebenarnya dari beberapa tahun lalu. Faktor usia notebook sepertinya sangat berpengaruh.

Saat saya menggunakannya itu pun sudah barang second dan berspesifikasi pentium tiga dengan prosesor kurang dari 2 GB.

Penderitaan saya semakin tidak berperasaan saat koneksi yang digunakan, internet maksudnya, terbilang kencang. Dan hari ini saya mengeluh kesekian kalinya karena saat sebagian orang mengeluh tentang koneksi, saya malah perangkat.

Satu halaman website yang saya buka masih aman, dua halaman juga aman, dan tiga? Hey, lelet sekali kamu. Bego, laptop diajak bicara.

Setiap hari, beban kerja rasanya semakin berat. Mulai dari mencari referensi yang mengharuskan membuka  lebih dari tiga situs sekaligus hingga melihat video (sudah tidak mungkin).

Belum lagi membuka file PDF dengan jumlah halaman tidak sedikit. Mengakses google foto yang tidak santai dan mengecek email yang bisa disambi dengan minum kopi. Sudah masuk ke halaman, nunggu bentar biar yang muter-muter berhenti (loading page).

...

Saya seperti menjadi orang modern tapi tinggal di dalam goa. Menunggu, menunggu dan menunggu. Orang lain di luar sana sudah menikmati, saya di dalam sedang menghayati. 

Saya berharap segera mendapatkan perangkat baru!
Saya cuma berkata, tidak meminta. Bila ada, saya pun tidak menolaknya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh