Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Notebook Lelet


Beberapa tahun lalu, memiliki sebuah laptop atau notebook adalah keharusan mengingat pekerjaan yang dihabiskan di sana. Beban kerja mungkin saat itu masih ringan. Hanya menulis dengan membuka situs blogger. Seiring waktu, Internet semakin kencang, notebook kok jadi lelet.

Tidak heran, brand seperti Asus terus meluncurkan produk anyarnya dalam rangka upgrade diri. Baik untuk calon konsumennya hingga konsumen setianya.

Saya sendiri yang berada diantara tengahnya, malah sudah sering memegang saat acara launching. Sudah membaca spesifikasi dan tertegun melihat harga yang disodorin lewat kiriman rilis ke email dotsemarang.

Anehnya, saya belum memiliki laptop atau notebook dengan merek Asus yang selama ini sangat dekat dengan saya. Pertimbangannya mungkin karen harganya yang nggak masuk akal untuk saya.

Beban kerja 

Kembali ke ruangan saya di mana saya sedang bekerja dengan perangkat jinjing saya. Pekerjaannya tak jauh beda sebenarnya dari beberapa tahun lalu. Faktor usia notebook sepertinya sangat berpengaruh.

Saat saya menggunakannya itu pun sudah barang second dan berspesifikasi pentium tiga dengan prosesor kurang dari 2 GB.

Penderitaan saya semakin tidak berperasaan saat koneksi yang digunakan, internet maksudnya, terbilang kencang. Dan hari ini saya mengeluh kesekian kalinya karena saat sebagian orang mengeluh tentang koneksi, saya malah perangkat.

Satu halaman website yang saya buka masih aman, dua halaman juga aman, dan tiga? Hey, lelet sekali kamu. Bego, laptop diajak bicara.

Setiap hari, beban kerja rasanya semakin berat. Mulai dari mencari referensi yang mengharuskan membuka  lebih dari tiga situs sekaligus hingga melihat video (sudah tidak mungkin).

Belum lagi membuka file PDF dengan jumlah halaman tidak sedikit. Mengakses google foto yang tidak santai dan mengecek email yang bisa disambi dengan minum kopi. Sudah masuk ke halaman, nunggu bentar biar yang muter-muter berhenti (loading page).

...

Saya seperti menjadi orang modern tapi tinggal di dalam goa. Menunggu, menunggu dan menunggu. Orang lain di luar sana sudah menikmati, saya di dalam sedang menghayati. 

Saya berharap segera mendapatkan perangkat baru!
Saya cuma berkata, tidak meminta. Bila ada, saya pun tidak menolaknya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng