Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal Bulan Februari 2019


[Artikel 27#, kategori futsal] Ada rekan yang bilang pamit, jika ini futsal terakhirnya. Ia kembali ke kota asalnya, Bandung. Ia akan melanjutkan bisnis orang tuanya. Saya hanya bisa bilang, sukses di sana broh. Tetap bermain futsal.

Awal bulan, tanggal 1 rupanya jatuh hari Jumat. Pertama kali futsal bulan Februari berarti. Hujan rasanya masih menemani. Apakah semangat yang sudah datang ini dapat dipertahankan di lapangan?

Ternyata tidak. Badan malam ini bermain sangat aneh. Berat sekali. Apakah karena efek menjadi kiper di awal permainan, atau kurang pemanasan? Dan pikiran masih saja mencurigai isi perut yang belum dikeluarkan beberapa hari ini.

Itu sangat berpengaruh buat saya. Pulang dari sini, saya harus minum obat pelancar buang air besar.

Selalu ada awal dan selalu ada akhir

Beberapa pekan terakhir ini, pertandingan selalu main lebih dari setengah jam dari jadwal yang disewa. Maklum, belum pada datang. Semua pemain rata-rata pekerja. Tentu jadi tantangan sendiri buat mereka menyisihkan waktu.

Sebelum saya masuk lapangan, saya berbicara dengan rekan futsal yang beberapa minggu tidak datang. Sekali datang, ia malah pamit untuk tidak main lagi jumat depannya.

Tapi untunglah itu bukan sebuah perpisahan yang menyedihkan. Karena memang saya tidak begitu dekat dengannya. Saya datang hanya untuk bermain, bukan untuk mencari persahabatan.

Ia sepertinya menjadi tumpuan keluarga dan juga melanjutkan estafet bisnis yang sudah dibangun. Ia akan tetap bermain futsal dengan senyum lebarnya saat saya memberi semangat untuk terus bermain.

Ia pasti bermain futsal. Banyak teman di sana yang menyukai permainan ini. Syukurlah jika begitu. Saya yang sudah setahun lebih rutin terus bermain ini bakal kesulitan bila tidak lagi bermain.

Mumpung sedang cinta-cintanya bermain. Waktu seakan bergerak cepat. Tanpa sadar sudah Jumat. Di atas lapangan, pikiran terkadang tidak berjalan sesuai harapan. Banyak faktor yang mengekang, tapi saya tetap menyukainya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh