Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Seleksi Alam Terjadi Juga Pada Komunitas Futsal


[Artikel 25#, kategori futsal] Pekan kedua Januari, saya bingung juga menyebut kumpulan para pemain futsal yang saya ikuti ini, apakah enaknya disebut sebagai tim atau wadah perkumpulan. Namun bila dipikir lagi, orang-orang yang bermain ini berkumpul karena sama-sama suka berarti bisa disebut komunitas futsal. Ya, begitu saja.

Jumat ini (11/1), topik yang ingin saya bahas tentang futsal adalah cerita dari seseorang yang saya anggap pimpinannya. Mungkin saja buat saya, tapi belum tentu buat rekan-rekan lainnya. Mohon maklum bila salah. Saya pemalu soalnya.

Hal yang paling saya takuti dalam pertumbuhan komunitas adalah seleksi alam. Lupakan bagaimana canda tawa hingga kegilaan sampai duka dalam kebersamaan berjalan beriringan dengan waktu.

Karena semua itu, seperti membenarkan sebuah ungkapan tentang ada pertemuan pasti ada perpisahan. Baik alasan karena kesibukan hingga hal-hal lain yang terkadang tidak masuk akal. Saya belajar dari masa lalu dan menghormati orang-orang yang berkomunitas.

Sejarah komunitas futsal

Saya senang dengan catatan saya bahwa tahun ini merupakan satu tahun saya bersama mereka. Awalnya malu-malu, kemudian tertawa bersama-sama. Meski jarang sekali ikut nimbrung setelah bermain, mereka meneruskannya di tempat makan.

Saya bicara dengan orang yang saya sebut sebelumnya. Sambil menunggu yang lain tiba, saya menayakan bagaimana wadah futsal ini terbentuk dan berapa lama sudah bermain seperti ini tiap jumat malam.

Ternyata, orang yang bicara dengan saya yang saya anggap orang lama dan sering dipanggil kokoh-kokoh ini juga bukan anggota futsal dari awal. Ia bergabung beberapa tahun sebelum saya. Mungkin 2-3 tahun komunitas ini mewadahi teman-teman bermain futsal.

Banyak orang datang ikut bermain silih berganti dengan yang baru. Orang-orang lama juga banyak yang sudah tidak main lagi. Dulu kami main dari jam 6 malam. Tapi tetap saja, yang bisa datang sekitar jam 7 malam, katanya.

Merasakan seleksi alam

Mendengarkan si Kokoh bicara, tanpa sadar rekan-rekan sudah mulai berdatangan. Sebenarnya, masih banyak lagi kokoh-kokoh yang lain. Saya awalnya juga terkesima karena bisa bergabung dengan mereka.

Dari obrolan tersebut, tulisan ini pun jadi juga. Sebagai bahan buat konten dan juga catatan perjalanan saya bersama mereka, dan komunitas futsal.

Seleksi alam tidak memandang bagaimana wadahnya. Seleksi alam pasti datang untuk orang-orang yang menyukai kebersamaan dalam waktu yang panjang.

Tak ada ampun. Ada saja permasalahan yang dihadirkan pada seseorang. Karena dasarnya adalah sebuah komunitas, bukan organisasi, hanya orang-orang tertentu yang dapat menjaganya.

Menjaga untuk tetap bersama, menjaga untuk tetap hidup dan menjaga untuk terus beriringan dengan waktu. Orang-orang yang mampu menjaga ini semua, harus saya akui mereka luar biasa. 

Tawa dan duka diberikan untuk menyisihkan kepentingan pribadi agar tetap hakiki. Orang-orang yang pergi dalam komunitas bukan berarti mereka tak peduli. Mereka hanya kalah dan sedang istirahat saja dari kepentingan diri.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh