Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Menyerah Untuk Hari Ini


[Artikel 20#, kategori cinta] Saya ingin masalah tetap hidup dalam beberapa hari ini. Kita lihat saja, siapa yang duluan menyerah dan meminta maaf. Saya sudah berpengalaman berada diposisi ini untuk menjaga harga diri saya dan martabat sebagai pria.

Perasaan saya bergejolak. Saya ingin didengar, dimengerti dan kamu mengerti. Yang terjadi sebaliknya. Kamu lebih galak, lebih marah, tidak ingin disakiti dan berubah dari apa yang selama ini ditunjukkan.

Ingin saya mendiamkan dirimu dan bersenang-senang dengan cukup waktu yang lama agar kamu memohon-mohon maaf kepadaku. Meski resikonya galau akan mengalahkan awan gelap yang bergulung-gulung sebelum turun hujan.

Ada dua pilihan yang saya pikirkan, bila saya memulai pembicaraan, saya akan semakin menyukaimu dan tidak rela kamu pergi. Tapi saya akan memulainya seolah tidak terjadi apa-apa. Bicara seperti biasa tanpa dosa.

Pilihan kedua, saya benar-benar membiarkan kamu tanpa kata dan bicara. Biar saja kamu marah, sedih atau malah bersenang-senang dibalik kegalauanmu. Akan lama berbaikan? Tentu saja. Saya orang pendendam sebenarnya.

Menyerah untuk hari ini

Tapi saya akhirnya memilih yang pertama. Menurunkan harga diri dengan harapan hubungan ini menjadi lebih dewasa. Buat saya, buat kita dan buat lainnya.

Biarkan saya terluka karena perasaan menyerah ini. Saya mengingat cinta yang sudah kamu berikan. Mengingat hubungan yang masih bau kencur dan mengingat kemauan keras, di mana ciri-ciri tersebut yang selama ini aku cari pada seorang wanita.

Menyerah untuk hari ini adalah kebaikan.
Gambar : Ilustrasi

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya