Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kucing Tewas Karena Keracunan Tikus


Selasa siang (8/1/2019), hari itu tampak seperti hari biasanya. Pagi mengeluarkan para kucing, memberi makan dan berjalan pada semestinya. Namun siang itu, mendadak suasana biasa itu menjadi kelam.

Tidak menyangka bahwa dua kucing di rumah tewas karena keracunan tikus. Saya tidak tahu pasti bagaimana keduanya keracunan, yang pasti bangkai tikus ditemukan sore hari di dekat kandang kucing.

Alibi pertama, kucing yang tewas mengejar tikus yang sekarat karena memakan racun. Keduanya terkontaminasi dengan salah satunya ditemukan lebih dulu mati dengan lidah menjulur putih. Satunya masih sekarat, kejang-kejang dan saya tak tahu harus berbuat apa-apa saat itu.

Alibi kedua, keduanya memakan umpan yang diberi racun. Terlepas keduanya, racun itu adalah racun tikus yang memang dilakukan tetangga. Sempat beberapa hari, tetangga curhat bahwa kendaraannya dimasukin tikus dan menggigit kabel di dalamnya.

Bahkan, esok harinya ditemukan tikus lagi tewas di dekat mobilnya pagi hari.

Mengikhlaskan

Mau marah dan berkata-kata, ah sudahlah. Menyalahkan rasanya sia-sia. Tetangga punya niat baik buat diri mereka. Dan kucing mungkin tak tahu bahwa itu adalah perangkat buat si tikus.

Salah satu korban yang kejang-kejang adalah kucing yang lahir pada tanggal 16 Oktober dari si induk utama. Saya sempat mengabadikannya lewat postingan sebelumnya di sini.

Padahal rencananya, kucing yang masih belum dikasih nama ini akan diasuh seseorang yang ditunggu tak pernah kunjung tiba. Saat telah mati, orang tersebut baru mengabari ingin mendatangi. 

Andai dia tidak terlambat dan saya malas berdebat untuk mengatakan kenapa nggak cepat-cepat, mungkin kejadiannya berbeda. 

Kucing yang duluan tewas tanpa diketahui, tahu-tahu sudah tergeletak, adalah si Lana. Tiga bersaudara dan Lana adalah betina, merupakan kucing yang lahir dari si ibu pemalu.

Sempat khawatir saudaranya, si lala ikut terkontaminasi. Tubuhnya lemas dan saat ditemukan, ia mengeong hebat tidak biasanya. Tapi syukurlah ia selamat.

Ya, sebaiknya ini diikhlaskan saja. Semoga mereka berinkarnasi menjadi apalagi gitu. Saya benar-benar shock saat si kecil yang kejang-kejang masih diperlihatkan ke mata saya sebelum tewas.

...

Saya kira kedamaian itu ada disekitar kandang dan tetangga. Saya pikir awal tahun 2019, bakal mendapatkan hoki yang tak terkira. Nyatanya tidak.

Semoga tidak ada lagi kucing yang menderita karena ulah tetangga yang tidak tahu apa-apa. Dengan kejadian ini, alasan mengurung kucing sebenarnya bisa dikatakan untuk menghindari hal seperti ini.

Tapi mengurungnya terus-menerus, bukan juga cara bijak bagi pemelihara kucing. Foto cover blog ini adalah si Lana.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya