Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pria Membosankan


[Artikel 6#, kategori Pria 32 Tahun] Kaitannya paling kuat adalah soal hubungan dengan pasangan. Apalagi menjalin hubungan dengan perempuan yang lebih muda dan tidak banyak pengalaman soal asmara. Pengen rasanya cuek dan mengabaikan, tapi kadang takut juga andai ditinggalkan.

Ketika cinta bersemi, semua tampak lebih indah dari biasanya. Perlahan tapi pasti, waktu mengajarkan arti sebuah senyuman. Tidak peduli dewasa atau sedang menuju dewasa, cinta adalah anugerah yang terindah.

Namun, ada kalanya waktu tidak berpihak pada kedewasaan. Aktivitas yang sudah diprogram untuk tepat waktu, konsisten, bertanggung jawab harus memilih, membahagiakan dia atau memilih idealisme. Sudah benar-benar sulit diubah kebiasaannya.

Di saat itu, rasa bersalah menghantui. Apakah ini yang dinamakan pria membosankan? Diajak jalan, malah memberi alasan segudang. Dibilang rindu, seolah hari kemarin tidak terjadi apa-apa. Diminta waktu menemani, ada pekerjaan yang harus diselesaikan karena lama ditinggal.

Dia akhirnya memilih tertawa dalam batin dan pergi dengan alasan. Apakah pria yang menjadi pasangannya ini sudah benar masa depannya. Kebahagiaan kecil yang diminta saja, sulit diberikan.

...

Ketika awal berkenalan dan akhirnya jadian, seseorang memang seperti menjanjikan. Tawa, perhatian, mendengarkan dan berusaha melakukan yang terbaik ditawarkan.

Ketika dirasa sudah aman, pria tak berpikir akan menjadi pria membosankan buat pasangannya. Dia tidak peduli kesibukan apa yang dilakukan, ia selalu mengabarkan.

Sayang disatu titik, permintaan sederhana yang tak biasa kadang membuat perasaan terluka. Apakah aku salah? Apakah dia menginginkan? Atau ada hal lain yang ingin dibicarakan?

Hubungan ini tanpa diselesaikan bakal menjadi masalah. Wanita tidak ingin pria membosankan meski dari bibirnya bicara cinta setiap hari.

Sekali orang ketiga datang menawarkan hal seru, di situ penyelesalan menyambut kita.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya