Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pria Membosankan


[Artikel 6#, kategori Pria 32 Tahun] Kaitannya paling kuat adalah soal hubungan dengan pasangan. Apalagi menjalin hubungan dengan perempuan yang lebih muda dan tidak banyak pengalaman soal asmara. Pengen rasanya cuek dan mengabaikan, tapi kadang takut juga andai ditinggalkan.

Ketika cinta bersemi, semua tampak lebih indah dari biasanya. Perlahan tapi pasti, waktu mengajarkan arti sebuah senyuman. Tidak peduli dewasa atau sedang menuju dewasa, cinta adalah anugerah yang terindah.

Namun, ada kalanya waktu tidak berpihak pada kedewasaan. Aktivitas yang sudah diprogram untuk tepat waktu, konsisten, bertanggung jawab harus memilih, membahagiakan dia atau memilih idealisme. Sudah benar-benar sulit diubah kebiasaannya.

Di saat itu, rasa bersalah menghantui. Apakah ini yang dinamakan pria membosankan? Diajak jalan, malah memberi alasan segudang. Dibilang rindu, seolah hari kemarin tidak terjadi apa-apa. Diminta waktu menemani, ada pekerjaan yang harus diselesaikan karena lama ditinggal.

Dia akhirnya memilih tertawa dalam batin dan pergi dengan alasan. Apakah pria yang menjadi pasangannya ini sudah benar masa depannya. Kebahagiaan kecil yang diminta saja, sulit diberikan.

...

Ketika awal berkenalan dan akhirnya jadian, seseorang memang seperti menjanjikan. Tawa, perhatian, mendengarkan dan berusaha melakukan yang terbaik ditawarkan.

Ketika dirasa sudah aman, pria tak berpikir akan menjadi pria membosankan buat pasangannya. Dia tidak peduli kesibukan apa yang dilakukan, ia selalu mengabarkan.

Sayang disatu titik, permintaan sederhana yang tak biasa kadang membuat perasaan terluka. Apakah aku salah? Apakah dia menginginkan? Atau ada hal lain yang ingin dibicarakan?

Hubungan ini tanpa diselesaikan bakal menjadi masalah. Wanita tidak ingin pria membosankan meski dari bibirnya bicara cinta setiap hari.

Sekali orang ketiga datang menawarkan hal seru, di situ penyelesalan menyambut kita.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh