Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Sepi adalah Kemewahan


[Artikel 2#, kategori pria 32 tahun] Begitu saya menganggapnya, sepi itu sebuah kemewahan. Saya bisa berbuat apa saja. Tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar area saya. Saya benar-benar menikmatinya. 

Jangan menganggap sepi itu negatif atau dihubungkan dengan dunia mistis. Ini lebih tentang menjalani hidup yang diinginkan. Jika kita terpengaruh, maka tulisan ini tidak berguna bila kamu mengatakan sepi itu membuatmu lelah dengan kehidupan.

Saya saat ini sedang menikmati pria yang baru berumur 32 tahun. Pria yang sudah seharusnya memiliki pasangan dan bermain dengan putra atau putri yang berpegangan erat dengan seseorang yang mau mengabdi menjalani hidup bersama.

Sayang, saya tidak seberuntung itu. Bukan menolak atau menjadi jomblo ngenes, saya sedang tidak berada di sana saja sekarang ini.

Sepi adalah kemewahan

Saya bebas melakukan apa saja. Nonton film, berselancar, istirahat, keluar sekedar jalan-jalan atau memasak apa saja yang dianggap bisa dimakan.

Tanpa ikatan, tanpa perseteruan dan tanpa batasan. Semua itu bisa dilakukan. Saya mengalaminya beberapa tahun terakhir setiap menjelang hari raya idul fitri.

Namun terkadang saya terkekang saat rumah kedatangan banyak orang. Malah sebaliknya, ramai seperti perusak suasana hati yang sampai sekarang tidak saya terima.

Bisa melakukan aktivitas tanpa rasa khawatir itu rasanya sangat menyenangkan. Saat itu, saya benar-benar bahagia. Sepi sudah bisa saya taklukkan. Karena rasa khawatir tidak lagi menjadi sesuatu untuk ditakuti. Itu tips saya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya