Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Mereka Berbicara Tapi Mereka Pergi Begitu Saja


[Artikel 45#, kategori catatan] Lagi, menaruh harapan tinggi pada seseorang yang berakhir sama seperti sebelumnya. Seperti bicara politik, selalu manis di awal dan kemudian berakhir tangisan. Itu bila kalah pilihan. Sedangkan saya, merasa sedih juga karena ditinggal pergi akhirnya.

Selalu menyenangkan mendengar seseorang bicara harapan, tujuan dan masa depan. Ia punya sesuatu yang bisa saya titipkan dan saya rasa, ia butuh dukungan. Saat dukungan datang, memang pekerjaan berjalan lancar dan bahkan sesuai keinginan yang selama ini belum tercapai.

Namun saat alam semesta mendukung, saya kembali disadarkan tentang arti manusia hidup di muka bumi. Mereka butuh hidup untuk membuat dunia sekitarnya bahagia. 

Saya? Hanya bisa menyaksikan layaknya matahari di siang hari. Apakah saya bersinar terang atau bergantian dengan si bulan dan seperti itu dilakukan setiap saat.

Orang-orang hebat yang datang dan pergi

Hijrah ke Semarang adalah kesempatan berharga yang tak mungkin saya tukar dengan apapun. Saya banyak bertemu banyak orang hebat.

Mereka sama seperti manusia pada umumnya. Yang membedakan hanyalah mimpi dan keinginan mereka saja. Karena mereka sama seperti manusia, mereka mudah terbuai. Orang-orang hebat datang dan pergi.

...

Saya bingung harus mempercayai siapa lagi. Saya sudah berjalan terlalu jauh memikul banyak mimpi yang belum terwujud. Sial, mungkin bisa saya katakan seharusnya.

Mengapa saya harus mendengar mereka berbicara tentang mimpi mereka. Ketika mereka berhenti bermimpi dengan dalih apapun, saya sudah jadi korban mimpi mereka yang berharap mereka mewujudkannya.

Artikel terkait :

Komentar

  1. Mereka butuh hidup untuk membuat dunia sekitarnya bahagia. itu jawabannya. Tapi mereka tidak akan meninggalkan mimpinya, nggak ada yang tahu kan kalau tengah malam bahkan mereka masih sibuk membalas email untuk bisa mewujudkan mimpi dibalik pekerjaanya sekarang.
    Mereka hanya berusaha untuk bisa mengambil semua kesempatan yang ditawarkan oleh alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mereka hanya bermimpi, dan tak pernah mewujudkannya. Mereka bahkan tak kembali.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh