Pria Tidak Berdaya

Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat. Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...
Mereka butuh hidup untuk membuat dunia sekitarnya bahagia. itu jawabannya. Tapi mereka tidak akan meninggalkan mimpinya, nggak ada yang tahu kan kalau tengah malam bahkan mereka masih sibuk membalas email untuk bisa mewujudkan mimpi dibalik pekerjaanya sekarang.
BalasHapusMereka hanya berusaha untuk bisa mengambil semua kesempatan yang ditawarkan oleh alam.
Mereka hanya bermimpi, dan tak pernah mewujudkannya. Mereka bahkan tak kembali.
Hapus