Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Berkencan dan Menikah adalah Kemewahan


[Artikel 3#, kategori pria 32 tahun] Bagi spesies seperti saya, judul halaman ini benar-benar menggambarkan apa yang sedang saya alami sebagai pria berumur 32 tahun. Kalimat itu terinspirasi dari drama Korea. Apakah sudah sampai titik ini kehidupan asmara saya?

Ternyata tidak mudah memproduksi cerita di umur sekarang. Terakhir saya menulis tentang kategori pria 32 tahun itu pada bulan Juli dan halaman ini merupakan yang ketiga. Sangat kehilangan ide meski saya sendiri yang menjalaninya.

Kemewahan 

Saya bukannya kehilangan krisis percaya diri terhadap lawan jenis atau berpikir tentang saya sebagai jomblo yang terlalu penakut mendekatin wanita.

Sebaliknya, saya masih di dalam lingkaran para perempuan. Masih berbicara, bertemu dan bahkan makan malam di sebuah kafe yang baru buka.

Ini masalahnya. Kecocokan memang masih menjadi pilihan untuk melangkah lebih jauh. Namun saya tetap mencoba dengan siapa saja tanpa memperdulikan apakah kami cocok atau tidak.

Berkencan begitu mewah pikir saya. Apalagi menikah! Salah satu teman wanita yang dekat dengan saya, sekedar kenalan, saat saya melontarkan sedikit keseriusan, dia sudah memberikan warning bagaimana buku pernikahan itu adalah legalitas untuk masa depannya.

Wah, jujur saja itu bukan hubungan yang ingin saja jalin dulu sekarang. Mengajak kencan wanita, menonton dan makan malam, masih pikir-pikir dulu. Dan ini sudah dilempar isu yang membuat saya menolaknya dengan tegas.

Berkencan dan menikah mengapa mewah menurut saya karena kehidupan saya saat ini belum lebih baik meski baik. Saya masih ingin bekerja keras dengan apa yang sudah saya lakukan.

Saya tidak tahu bagaimana berpikir para pria lain dengan kisaran umur saya, apalagi sudah sangat sukses. Halaman ini adalah sebuah gambaran tentang pikiran saya.

Bagaimana bila ada wanita kaya tiba-tiba kepalanya kejatuhan botol dan jatuh cinta kepada saya? Cantik, normal dan benar-benar wanita idaman. Jawaban saya sepertinya tidak jauh dengan banyak pria single, ini tak perlu saya pikirkan lagi. Saya pastikan siap.

...

Drama Korea yang saya maksud adalah film My Only Ally yang dibintangi Uee, aktris terkenal yang merupakan salah satu favorit saya, yang berperan sebagai Kim Do Ran. Dalam ceritanya, ia bekerja keras dalam hidupnya yang serba susah dan tiba-tiba ada pria kaya yang mendekatinya.

Karena kalimat yang keluar dari salah satu perannya, lupa episode berapa, inilah yang saya jadikan inspirasi saya untuk ide tulisan yang tepat untuk menggambarkan betapa sulitnya berbicara hubungan yang lebih serius sekarang ini.

Pikiran untuk bekerja keras masih menjadi utama untuk dikejar. Tapi saya berharap ada sesuatu yang mengubah pikiran ini.

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya