Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pada Telat Datang Futsal


[Artikel 15#, kategori futsal] Jumat ini tubuh benar-benar sangat lelah. Tidak ada banyak opsi pergantian pemain seperti biasanya. Keterlambatan bukan menjadi masalah sebenarnya, tapi yang lain pada banyak absen. Seperti hidup, saat tidak bisa, kita hanya harus pasrah dan berserah.

Jumat malam (19/10), beberapa rekan futsal terlambat datang. Tidak seperti biasanya saat telat datang, kali ini benar-benar telat. Beberapa rekan terjebak di jalan karena macet, yang kebanyakan memberi alasan karena ada Presiden datang ke Semarang.

Untungnya sambil menunggu rekan lainnya datang, waktu bermain sudah lewat 30 menit, ada ajakan dari lapangan sebelah yang kekurangan pemain. Saya dan beberapa rekan yang menerima ajakan langsung bergabung. Lapangan kali ini bukan rumput tapi semen, ini sangat berpengaruh rupanya.

Setelah 1 jam berlalu

Setelah dirasa rekan setim pada pas jumlahnya, kami langsung pindah ke lapangan kami yang berlapis rumput sintetis. Hanya ada 12 pemain, yang artinya menaruh 2 pemain cadangan dan sisanya bermain. 

10 menit berlalu, saya sudah kehabisan tenaga. Efek bermain di lapangan sebelah sepertinya. Setelah waktunya pergantian pemain, saya jadi orang pertama yang minta ganti.

Tubuh ini benar-benar tidak bisa dibohongi. Antusias tinggi seolah pergi begitu saja yang sebelum bermain sangat menggebu-gebu.

Pada akhirnya, pemain lain pun memaksakan diri karena keterbatasan pemain pengganti. Jangankan mengganti satu tim (4 orang + 1 kiper), beberapa pemain yang tiba-tiba cedera dan memutuskan pulang lebih awal, sangat merugikan.

Kami benar-benar bekerja keras hari ini. Dan saya yang bertahan dengan nafas sudah di luar batas kewajaran seumuran saya. Memikirkan besok yang sudah ditunggu sebuah acara rasanya perlu kekuatan super. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun