Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pada Telat Datang Futsal


[Artikel 15#, kategori futsal] Jumat ini tubuh benar-benar sangat lelah. Tidak ada banyak opsi pergantian pemain seperti biasanya. Keterlambatan bukan menjadi masalah sebenarnya, tapi yang lain pada banyak absen. Seperti hidup, saat tidak bisa, kita hanya harus pasrah dan berserah.

Jumat malam (19/10), beberapa rekan futsal terlambat datang. Tidak seperti biasanya saat telat datang, kali ini benar-benar telat. Beberapa rekan terjebak di jalan karena macet, yang kebanyakan memberi alasan karena ada Presiden datang ke Semarang.

Untungnya sambil menunggu rekan lainnya datang, waktu bermain sudah lewat 30 menit, ada ajakan dari lapangan sebelah yang kekurangan pemain. Saya dan beberapa rekan yang menerima ajakan langsung bergabung. Lapangan kali ini bukan rumput tapi semen, ini sangat berpengaruh rupanya.

Setelah 1 jam berlalu

Setelah dirasa rekan setim pada pas jumlahnya, kami langsung pindah ke lapangan kami yang berlapis rumput sintetis. Hanya ada 12 pemain, yang artinya menaruh 2 pemain cadangan dan sisanya bermain. 

10 menit berlalu, saya sudah kehabisan tenaga. Efek bermain di lapangan sebelah sepertinya. Setelah waktunya pergantian pemain, saya jadi orang pertama yang minta ganti.

Tubuh ini benar-benar tidak bisa dibohongi. Antusias tinggi seolah pergi begitu saja yang sebelum bermain sangat menggebu-gebu.

Pada akhirnya, pemain lain pun memaksakan diri karena keterbatasan pemain pengganti. Jangankan mengganti satu tim (4 orang + 1 kiper), beberapa pemain yang tiba-tiba cedera dan memutuskan pulang lebih awal, sangat merugikan.

Kami benar-benar bekerja keras hari ini. Dan saya yang bertahan dengan nafas sudah di luar batas kewajaran seumuran saya. Memikirkan besok yang sudah ditunggu sebuah acara rasanya perlu kekuatan super. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh