Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Futsal: Jumat, Jakarta dan Hujan


[Artikel 26#, kategori futsal] Tubuh masih terasa letih meski sudah dua jam lebih turun dari pesawat. Semangat besar buat bermain futsal dari Jakarta pagi harinya hilang begitu saja. Ditambah hujan yang dari tadi menemani saat kepulangan dari bandara masih tak kunjung reda. Apakah futsal kali ini sesuai harapan?

Jumat (18/1) pekan ketiga bulan Januari, aktivitas futsal tidak berhenti meski baru pulang dari Jakarta sore hari. Hari yang selalu dinanti, karena tubuh bukan saja dibuat sehat tapi juga bahagia.

Menjadi kiper

Beberapa waktu, saya mulai sering menerima posisi kiper saat tidak ada kiper yang biasanya nimbrung. Tidak hebat juga, hanya menaruh tubuh di bawah tiang agar permainan segera dimulai. Beberapa pekan ini, selalu bermain jam 7 lebih soalnya. Main malam. Kalau gak ada yang ngambil posisi, bakal lama lagi mainnya.

Loncat sana, loncat sini. Terjang sana dan terjang sini. Begitu saya coba menjadi kiper meski terlihat aneh dan membuat gelak tawa karena terlihat berlebihan.

Saya sempat waswas dan mengatakan dalam diri saat tahu, kepala saya tidak membentur tiang saat menangkis bola hingga jatuh ke belakang. Saya langsung memikirkan aneh-aneh, terutama stroke.

Tubuh yang kurang fit

Maksud hati untuk menjaga fisik agar tidak cepat letih dengan menjadi kiper, ternyata tetap saja tubuh kurang fit. Efek kepulangan dari Jakarta benar-benar menguras fisik, terutama pikiran.

Saat tiba berganti posisi menjadi pemain, saya beberapa kali berhenti bermain dan diganti. Luar biasa lelahnya. Semacam mau muntah waktu itu.

Pada akhirnya, waktu yang tersisa kurang dari 20 menit, saya tidak optimal dalam bermain. Bukan saya seperti biasanya dan itu merusak suasana hati saya.

...

Saya sangat bersyukur bahwa saya masih sempat bermain pekan ini. Andai pesawat saya sampai Semarangnya sore atau malam, saya tidak tahu lagi rasanya absen di awal tahun.

Hari Jumat yang selalu saya jaga, belum rela saya tinggal. Sampai ketemu jumat pekan depan. Semoga cuaca cerah. Hujan masih berlangsung beberapa hari setelah futsal.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya