Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Futsal: Jumat, Jakarta dan Hujan


[Artikel 26#, kategori futsal] Tubuh masih terasa letih meski sudah dua jam lebih turun dari pesawat. Semangat besar buat bermain futsal dari Jakarta pagi harinya hilang begitu saja. Ditambah hujan yang dari tadi menemani saat kepulangan dari bandara masih tak kunjung reda. Apakah futsal kali ini sesuai harapan?

Jumat (18/1) pekan ketiga bulan Januari, aktivitas futsal tidak berhenti meski baru pulang dari Jakarta sore hari. Hari yang selalu dinanti, karena tubuh bukan saja dibuat sehat tapi juga bahagia.

Menjadi kiper

Beberapa waktu, saya mulai sering menerima posisi kiper saat tidak ada kiper yang biasanya nimbrung. Tidak hebat juga, hanya menaruh tubuh di bawah tiang agar permainan segera dimulai. Beberapa pekan ini, selalu bermain jam 7 lebih soalnya. Main malam. Kalau gak ada yang ngambil posisi, bakal lama lagi mainnya.

Loncat sana, loncat sini. Terjang sana dan terjang sini. Begitu saya coba menjadi kiper meski terlihat aneh dan membuat gelak tawa karena terlihat berlebihan.

Saya sempat waswas dan mengatakan dalam diri saat tahu, kepala saya tidak membentur tiang saat menangkis bola hingga jatuh ke belakang. Saya langsung memikirkan aneh-aneh, terutama stroke.

Tubuh yang kurang fit

Maksud hati untuk menjaga fisik agar tidak cepat letih dengan menjadi kiper, ternyata tetap saja tubuh kurang fit. Efek kepulangan dari Jakarta benar-benar menguras fisik, terutama pikiran.

Saat tiba berganti posisi menjadi pemain, saya beberapa kali berhenti bermain dan diganti. Luar biasa lelahnya. Semacam mau muntah waktu itu.

Pada akhirnya, waktu yang tersisa kurang dari 20 menit, saya tidak optimal dalam bermain. Bukan saya seperti biasanya dan itu merusak suasana hati saya.

...

Saya sangat bersyukur bahwa saya masih sempat bermain pekan ini. Andai pesawat saya sampai Semarangnya sore atau malam, saya tidak tahu lagi rasanya absen di awal tahun.

Hari Jumat yang selalu saya jaga, belum rela saya tinggal. Sampai ketemu jumat pekan depan. Semoga cuaca cerah. Hujan masih berlangsung beberapa hari setelah futsal.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh